SKN Putra 2025 Gelar Bazaar Murah: Semai Rasa Kepedulian Santri

Prosesi Bazaar Murah SKN Putra 2025

Subang, 19 November 2025—Dalam menjalani masa pengabdian selama 4 hari di Kampung Cikendung pada acara SKN (Sekolah Kerja Nyata) Putra 2025 yang berjalan dari 4 sampai 8 November 2025, para santri As-Syifa Boarding School Wanareja mengisi kesempatan emas tersebut dengan berbagai kegiatan dan acara yang bukan hanya bermanfaat bagi warga Cikendung sendiri, namun juga membekali para santri dengan nilai yang vital di zaman modern ini, yaitu empati. Salah satu kegiatan yang digelar tersebut adalah kegiatan Bazaar Murah, dimana para santri menjual berbagai macam pakaian bekas hanya dengan harga Rp2000 per potong pakaian.

Persiapan Bazaar Murah SKN Putra 2025

Persiapan Bazaar Murah SKN Putra 2025 ini sudah dilakukan dari jauh-jauh hari, dengan membuka donasi dari para murid sendiri. Berbagai macam pakaian bekas dikumpulkan, dan disatukan dalam beberapa karung untuk mempermudah transportasi. Adapun total pakaian bekas yang terkumpul mencapai ratusan potong. Pakaian-pakaian bekas tersebut kemudian dibawa menggunakan truk dari kampus SMAIT As-Syifa Wanareja ke Kampung Cikendung. Disana, karung-karung yang berisi pakaian bekas tersebut disimpan dalam sebuah gudang khusus untuk barang-barang keperluan SKN.

Pada sore hari ke 3 SKN, karung-karung berisi pakaian bekas dikeluarkan dari gudang lalu dibawa ke lapangan voli setempat. Terdengar pengumuman dari masjid setempat oleh pak RT, yang memberitahu warga bahwa akan digelar Bazaar Murah pada lapangan voli. Sesaat setelah pengumuman tersebut usai, warga kampung Cikendung terutama ibu-ibunya pun langsung keluar rumah untuk menuju ke lapangan voli. Disana, para santri telah menggelar terpal yang bertujuan untuk menampung pakaian bekas setelah dikeluarkan dari karung serta mendirikan lapak yang berfungsi sebagai tempat pembayaran. Afgan Alif Baehaki, salah satu santri, menjadi sales handal yang dengan cepat mempromosikan pakaian-pakaian bekas terutama yang masih amat bagus kepada para ibu-ibu yang baru masuk ke area lapangan voli.

Keramaian dan kerusuhan kecil para ibu-ibu warga Cikendung menjadi pemandangan pada sore hari ke 3 SKN Putra 2025 tersebut. Afgan dengan nada bersemangat memandu para warga Cikendung yang sedang memilih-milih baju. Pada pertengahan acara, warga Cikendung dari berbagai kalangan mulai masuk, membuat lapangan voli tidak lagi didominasi oleh ibu-ibu. Para santri panitia acara ini aktif membantu di lapangan dari awal hingga akhir acara, termasuk membantu beberapa warga yang lanjut usia dan kesulitan memilih. Para panitia juga membantu mengarahkan para warga untuk membayar ke lapak panitia seharga Rp2000 per potong pakaian. Hingga akhirnya pada pukul 17.00 WIB, seluruh pakaian yang tersisa digratiskan bagi siapa saja yang masih mau. Seluruh pakaian bekas pun habis diambil setelah itu.

Dana yang didapat dari hasil pakaian bekas tersebut kemudian dialokasikan untuk membantu kegiatan bansos dan sembako. Tentunya para santri tidak berniat untuk mengambil untung dari pakaian-pakaian bekas tersebut, karena dari awal memang niatnya untuk disumbangkan.

Pada akhirnya, kegiatan ini diadakan tiada lain dan tiada bukan adalah untuk menstimulasi para santri agar mampu belajar dan memahami bagaimana caranya menyemai rasa kepedulian serta empati dalam diri mereka. Nilai kepedulian dan empati bukanlah sekadar teori yang dipelajari di ruang kelas, melainkan harus ditanamkan melalui pengalaman nyata, interaksi sosial, dan keterlibatan aktif dalam berbagai kegiatan yang menumbuhkan rasa kebersamaan. Hal ini sejalan dengan visi besar As-Syifa Boarding School Wanareja yang menjadikan tujuan utamanya sebagai lembaga pendidikan adalah membentuk generasi pemimpin yang tidak hanya berakhlak mulia, tetapi juga hafiz Al-Qur’an dan berprestasi di berbagai bidang. Dengan demikian, para santri diharapkan tumbuh menjadi pribadi yang seimbang antara kecerdasan intelektual, spiritual, dan emosional.

Lebih dari itu, simpati saja sebagai sebuah perasaan tentu tidak cukup untuk menimbulkan inisiatif yang nyata. Simpati hanya berhenti pada rasa iba atau sekadar memahami kondisi orang lain, sedangkan empati menuntut adanya keterlibatan hati dan pikiran yang mendorong seseorang untuk bertindak. Oleh karena itu, melalui kegiatan ini para santri diarahkan agar mampu mengubah simpati menjadi empati, lalu mengaktualisasikannya dalam bentuk aksi nyata yang berdampak positif bagi lingkungan sekitar. Serangkaian aksi tersebut bisa berupa kepedulian terhadap sesama santri, masyarakat sekitar, hingga kontribusi yang lebih luas di tengah kehidupan sosial. Dengan cara ini, mereka tidak hanya belajar menjadi individu yang peduli, tetapi juga calon pemimpin yang mampu membawa perubahan dan memberikan manfaat bagi umat.

Anargya Aghna Paramudya Djajasudarma

Murid di SMAIT As-Syifa Boarding School Wanareja sejak 2024, yang sebelumnya juga menempuh pendidikan tingkat menengah pertama di SMPIT As-Syifa Boarding School Wanareja. Saat ini aktif sebagai Ketua Divisi Jurnalistik Tim Media Sekolah.