Self-Interest atau kepentingan pribadi (individualisme) adalah ide besar yang disampaikan oleh Adam Smith ketika menjelaskan tentang liberalisme.
“Bukan dari kemurahan hati tukang roti, tukang bir, atau tukang jagal kita mendapatkan makan malam kita, tetapi dari kepentingan pribadi mereka.”
Adam Smith, The Wealth of Nations
Inilah dasar dari filsafat ekonomi liberal: manusia bertindak bukan karena kebaikan hati, tapi karena dorongan kepentingan pribadi (self-interest). Adam Smith, bapak ekonomi klasik, dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776), menggambarkan bagaimana seorang petani gandum tidak menanam untuk memberi makan orang lain, tetapi untuk menjual dan mendapatkan keuntungan bagi dirinya sendiri.
Di balik kata-katanya, tersembunyi doktrin besar yang kemudian mendasari ideologi liberalisme ekonomi modern: bahwa jika setiap orang mengejar keuntungan pribadi, maka melalui “tangan tak terlihat” (invisible hand), masyarakat akan mencapai kesejahteraan bersama.
Namun, realitas berbicara lain. Ketika keuntungan tidak lagi hadir, maka hubungan pun runtuh. Ketika kepentingan pribadi tak lagi bersinggungan, maka tak ada lagi loyalitas, tak ada ikatan. Inilah yang kita saksikan dalam hubungan dua tokoh besar: Elon Musk dan Donald Trump. Fenomena ini sedang ramai dibicarakan sekarang.
Fenomena Elon–Trump
Awalnya mereka berseteru di Twitter (sekarang X), saling sindir.
Kemudian Elon Musk menjadi simpatisan dan bahkan penyumbang dana untuk kampanye Trump.
Lalu mereka berselisih lagi, kali ini karena perbedaan pandangan atas kebijakan atau undang-undang baru yang hendak dibuat, akar masalahnya adalah Elon Musk ingin efisiensi terhadap anggaran negara sedangkan undang-undang baru yang hendak disusun ini berbeda dengan ide besar tersebut.
Islam Menilai Ikatan yang Tidak Berdasarkan Iman
Dalam Islam, ikatan yang hakiki adalah ikatan karena Allah (ukhuwah fillah
), bukan karena dunia, jabatan, atau kekuasaan. Ikatan duniawi mudah rapuh dan pecah saat kepentingan tidak lagi selaras.
Allah ﷻ berfirman dalam:
QS. Az-Zukhruf: 67
ٱلْأَخِلَّآءُ يَوْمَئِذٍۢ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا ٱلْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu (kiamat) akan menjadi musuh satu sama lain, kecuali orang-orang yang bertakwa.”
Ini menunjukkan bahwa persahabatan yang tidak berlandaskan ketakwaan dan aqidah yang benar hanyalah sementara dan penuh kepalsuan. Dalam konteks Elon dan Trump: selama mereka sepakat secara ideologis atau ekonomis, mereka “akrab”. Tapi ketika tidak lagi sejalan, permusuhan kembali muncul.
Perspektif Ekonomi dan Kepentingan Politik
Aliansi Musk-Trump: Kepentingan, Bukan Prinsip
Elon Musk sebagai pengusaha tentu punya kepentingan atas kebijakan pajak, iklim bisnis, dan kebebasan berpendapat di platformnya (X).
Trump sebagai politikus butuh figur-figur kaya dan berpengaruh seperti Elon untuk memperkuat basis finansial dan elektoralnya.
Ketika undang-undang atau kebijakan tertentu (misalnya terkait regulasi teknologi, hak digital, atau imigrasi) tidak menguntungkan, konflik pun kembali muncul.
Ekonomi Liberal Mendorong Aliansi Sementara
Dalam sistem ekonomi liberal:
Hubungan bisnis dan politik sangat transaksional.
Aliran dana politik sering kali bukan karena ideologi, tapi karena timbal balik kepentingan.
Maka, persahabatan bukan soal nilai, tapi soal negosiasi: selama menguntungkan, lanjut; kalau tidak, selesai.
Ini menandakan cacat struktural dalam liberalisme: tidak ada fondasi moral yang kokoh, semua serba pragmatis. Inilah buah dari sistem yang menjadikan kepentingan pribadi sebagai poros utama kehidupan manusia. Ikatan antar manusia menjadi transaksional. Tidak ada ketulusan, tidak ada pengorbanan, apalagi loyalitas hakiki. Semua diukur: “Apa untungnya untukku?”
Di sinilah Islam berdiri di posisi yang berbeda dan jauh lebih agung. Islam tidak mendasarkan hubungan antar manusia pada kalkulasi untung-rugi duniawi, melainkan pada ikatan aqidah, ketakwaan, dan tanggung jawab di hadapan Allah. Hubungan karena iman bersifat tulus dan kokoh, karena tidak dibangun atas dasar keuntungan sesaat, tapi atas dasar kebenaran yang abadi.
Kasus Elon Musk dan Donald Trump menjadi cermin bagaimana hubungan tanpa iman dan nilai kebenaran adalah rapuh. Dalam Islam, ikatan terkuat adalah karena Allah, bukan karena kesamaan ideologi buatan manusia atau keuntungan ekonomi.
QS. Al-Hujurat: 10
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ…
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara…”
Di dunia yang dibangun atas dasar kepentingan dan kekuasaan, Islam hadir menawarkan model ikatan yang lebih murni, tulus, dan konsisten: persaudaraan karena keimanan, bukan karena kesamaan agenda politik sesaat.
Coba perhatikan cuplikan kisah berikut ini yang begitu mengguncang jiwa dan iman dan menjadi pertanda perbedaan antara ikatan yang dibangun diatas kepentingan pribadi (self-interest) dan dibangun diatas keimanan.
Ketika Rasulullah ﷺ hijrah dari Makkah ke Madinah, kaum Muhajirin datang dalam keadaan nyaris tanpa harta, meninggalkan semua kekayaan dan keluarga mereka demi menyelamatkan iman.
Melihat hal itu, Rasulullah ﷺ mempersaudarakan antara kaum Muhajirin dan Anshar, membentuk ikatan ukhuwah yang tidak didasarkan pada darah, ras, atau kepentingan duniawi, tapi karena iman.
Salah satu kisah paling menyentuh datang dari:
Abdurrahman bin ‘Auf dan Sa’ad bin Rabi’
Rasulullah ﷺ mempersaudarakan Abdurrahman bin ‘Auf (seorang Muhajir yang kaya raya sebelum hijrah tapi kehilangan segalanya) dengan Sa’ad bin Rabi’ (seorang Anshar yang sangat dermawan dan kaya).
Sa’ad bin Rabi’ berkata kepada saudaranya yang baru:
“Aku adalah salah satu penduduk Madinah yang paling kaya. Aku akan membagi dua hartaku untukmu. Aku juga punya dua istri, lihatlah siapa yang kau sukai, akan kuceraikan satu agar kau bisa menikahinya.”
Ini bukan hanya tawaran harta, tapi juga relasi sosial dan pribadi terdalam semua karena iman.
Namun, Abdurrahman bin ‘Auf menjawab dengan penuh keluhuran:
“Semoga Allah memberkahimu pada keluargamu dan hartamu. Tunjukkan saja kepadaku di mana pasar berada.”
Ia tidak ingin bergantung. Ia bekerja, dan akhirnya Allah memberkahinya dengan kekayaan yang lebih besar lagi.
Pelajaran dari Kisah Ini
Ikatan karena iman membuat seseorang rela mengorbankan harta, bahkan kehidupan pribadi demi saudaranya.
Tidak ada kalkulasi untung-rugi, tidak ada kontrak politik, tidak ada kepentingan tersembunyi.
Bandingkan dengan hubungan seperti Elon Musk dan Donald Trump: ketika kepentingan tak lagi sama, maka ikatan pun lenyap.
Al-Qur’an Menegaskan (QS. Al-Hasyr: 9):
وَيُؤْثِرُونَ عَلَىٰ أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌۭ ۚ
“Dan mereka mengutamakan (saudara-saudaranya) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan…”
Inilah wajah Islam yang sejati: ikatan persaudaraan yang tidak dibangun di atas laba, tapi di atas cinta kepada Allah dan Rasul-Nya.
Wallahu a’lam bi showab

Tersenyumlah.