Belajar Ekonomi; Decoy Effect

Dalam dunia pengambilan keputusan, seseorang sering dihadapkan dengan berbagai pilihan. Baik itu dalam membeli produk, memilih menu makanan, atau bahkan membuat keputusan politik, proses pengambilan keputusan dapat menjadi sangat membingungkan. Untuk menyederhanakan proses ini, bisnis dan pemasar sering menggunakan berbagai teknik untuk mempengaruhi konsumen agar memilih pilihan tertentu. Salah satu teknik tersebut dikenal sebagai “Decoy Effect” atau “efek pemikat/pengalihan.” Artikel ini akan menjelaskan konsep Decoy Effect, mekanisme yang mendasarinya, dan implikasinya bagi konsumen.

Mari kita buat suatu permisalan sederhana. Pada suatu hari Ustadz Rasyid Baswedan sedang menuju ke Syifa Mart, Ustadz Rasyid Baswedan hendak belanja kebutuhan pribadinya. Setelah sampai di Rak sabun cuci pakaian, Ustadz Rasyid Baswedan memutuskan memilih merk Syifa Clean, namun ada beberapa pilihan yang di tawarkan oleh Sabun Cuci Pakaian Merk Syifa Clean.

Berikut pilihannya:

Pilihan 1, dengan harga Rp 7.000,00 berat 50 ML

Pilihan 2, dengan harga Rp17.000,00 berat 125 ML

Pilihan 3, dengan harga Rp19.000 berat 150 ML

Belajar Ekonomi; Decoy Effect

Decoy Effect, juga dikenal sebagai “efek dominasi asimetris” atau “efek daya tarik,” terjadi ketika adanya opsi ketiga yang kurang menguntungkan mempengaruhi preferensi antara dua opsi yang sudah ada sebelumnya. Opsi pengalih ini secara khusus dirancang untuk mengarahkan individu menuju pilihan tertentu dengan membuatnya terlihat lebih menarik dibandingkan yang lain.

Pada awalnya, barang yang dijual hanya ada dua pilihan. Pilihan dengan harga Rp7.000,00 berat 50 ML dan Pilihan dengan harga Rp19.000,00 berat 150 ML. Dari kedua pilihan yang ada, Ustadz Rasyid tanpa ragu selalu memilih yang harga Rp 7.000,00 dengan berat 50 ML. Maklum masih jomblo, jadi cukup pemakaian segitu.

Namun setelah muncul pilihan yang kedua, harga Rp17.000,00 berat 125 ML. Ustadz Rasyid merasa bahwa jika beli yang harga Rp19.000,00 dengan berat 150 ML lebih untung. Secara dari berat 125 ML yang harganya Rp17.000,00 cuman selisih Rp2000,00 jika memilih yang berat 150 ML.

“Untung ini kalo beli yang 150 ML” pikir ustadz Rasyid

Decoy Effect bergantung pada bias kognitif dan heuristik yang mempengaruhi pengambilan keputusan. Salah satu faktor kunci yang terlibat adalah fenomena pemikiran relatif. Ketika diberikan beberapa pilihan, orang cenderung menilai dan membandingkannya berdasarkan perbedaan relatif daripada nilai absolut. Opsi pengalih dirancang secara hati-hati untuk menciptakan efek kontras, sehingga membuat salah satu opsi asli terlihat lebih menarik. Dan itulah yang terjadi terhadap Ustadz Rasyid Baswedan, efek seperti ini juga sebetulnya bisa terjadi kepada siapa saja.

Decoy Effect sering digunakan dalam strategi pemasaran dan bisnis untuk mempengaruhi pilihan konsumen. Perusahaan sering merancang dengan cermat lini produk atau struktur harga mereka untuk memanfaatkan efek ini. Dengan memperkenalkan opsi pengalih secara hati-hati, mereka dapat mengarahkan konsumen menuju pilihan tertentu yang memaksimalkan keuntungan mereka.

Sebagai contoh lainnya, sebuah bioskop mungkin menawarkan popcorn kecil seharga Rp50.000,00, popcorn sedang seharga Rp70.000,00, kemudian muncul pilihan ketiga popcorn besar seharga Rp80.000,00. Popcorn besar dalam contoh yang ini hal ini berfungsi sebagai opsi pengalih untuk membuat popcorn sedang terlihat lebih bernilai, sehingga lebih banyak pelanggan memilih opsi sedang.

Memahami Decoy Effect memberikan kekuatan kepada konsumen untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi. Dengan mengenali kehadiran opsi pengalih, individu dapat secara kritis mengevaluasi pilihan mereka dan menghindari pengaruh taktik pemasaran yang manipulatif. Penting untuk mempertimbangkan fitur, manfaat, dan nilai dari setiap opsi secara independen daripada hanya mengandalkan perbandingan relatif.

Decoy Effect menunjukkan cara halus di mana pilihan dapat dipengaruhi, sehingga individu membuat keputusan yang sebelumnya mungkin tidak akan mereka ambil. Dengan memahami mekanisme yang mendasarinya dan menyadari bias kognitif ini, konsumen dapat melindungi diri dari manipulasi dan membuat pilihan yang sesuai dengan preferensi dan kebutuhan mereka. Penting bagi individu untuk mendekati pengambilan keputusan dengan pikiran kritis, mempertimbangkan semua opsi yang tersedia secara independen, dan mengevaluasinya berdasarkan nilai masing-masing.

Dalam pemahaman Islam, kita harus meyakini bahwa setiap barang apapun yang kita beli kelak akan dihisab oleh Allah ta’ala. Penting bagi kita umat Islam untuk memastikan bahwa barang yang kita beli memang betul-betul kita butuhkan dan kita tidak termasuk kategori orang-orang yang boros dalam membelanjakan hartanya.

Ada nasihat terbaik yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat, seorang ulama besar negeri ini dari Muhammadiyah. Beliau pernah menyampaikan dalam ceramahnya bahwa ketika beliau membeli suatu barang, misal baju futsal. Maka beliau akan memastikan pemakaian pertama kali baju futsal tersebut adalah untuk Sholat, beliau menggunakan baju futsal tadi sebagai dalaman baju gamis yang beliau pakai. Sehingga menurut beliau, kelak hisabnya semoga dimudahkan oleh Allah ta’ala karena penggunaan pertama kali barang yang dibeli untuk bersujud kepada Allah ta’ala.

Mari kita berlindung kepada Allah ta’alla dari sifat-sifat orang kikir dan orang-orang yang boros dalam membelanjakan hartanya. Wallahu a’lam bi sawab.
for more information click : https://catatan-ekoakun.blogspot.com/

Scroll to Top