Oleh: Andrey maulana, S.IP.
- Memahami Esensi Tradisi Umat Muslim di Indonesia
Hari Raya Idul Fitri, yang menandai berakhirnya bulan suci Ramadhan, adalah momen penuh makna bagi umat Muslim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Khususnya di Subang, masyarakat memiliki tradisi yang kaya, seperti Sholat Idul Fitri, ziarah kubur, bersilaturrahmi, dan halal bi halal. Kegiatan-kegiatan ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi sarana refleksi dan pengingat akan nilai-nilai kehidupan yang penting.
- Sholat Idul Fitri di Lapangan terbuka atau masjid
Ketika warga berkumpul lapangan terbuka atau Masjid untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri, mereka merasakan kebersamaan yang kuat. Dalam momen tersebut, perbedaan Strata sosial, usia, dan latar belakang seolah menghilang, semua menyatu sebagai umat Islam yang merayakan kemenangan setelah sebulan wajib berpuasa di bulan Ramadhan.
- Ziarah Kubur : Merupakan Tadzkiroh & Doa kepada mayit
Ziarah kubur adalah salah satu tradisi yang banyak dilakukan umat Muslim setelah Idul Fitri. Kegiatan ini bukan hanya untuk mengenang bakti, jasa para pendahulu maupun orang-orang terkasih yang telah meninggal, tetapi juga sebagai bentuk doa. Melalui ziarah, kita diajarkan untuk mendoakan mayit, terutama orang tua yang telah berjuang dan berkorban untuk kebahagiaan keluarganya.
Rasulullah SAW mengajarkan kita bahwa ziarah kubur adalah amalan yang disyari’atkan, “Dahulu aku melarang kalian berziarah kubur, maka (sekarang) berziarahlah” (HR Muslim No. 977).1 Melalui ziarah, kita diingatkan untuk memanfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya dan memperbanyak amal shalih sebelum meninggal. Selain itu, ziarah kubur juga menjadi tadzkiroh, pengingat akan kematian, yang dapat mendorong kita untuk lebih taat dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Di Subang, ziarah kubur sering kali diiringi dengan tradisi membersihkan makam, yang menunjukkan rasa cinta, hormat, serta mengingat bakti, jasa orang-orang terkasih yang telah meninggal. Masyarakat mengajak seluruh anggota keluarga untuk ikut serta, menciptakan momen kebersamaan yang berharga.
- Bersilaturrahmi: Memperkuat Ikatan Sosial
Idul Fitri juga merupakan momen yang tepat untuk bersilaturrahmi, baik dengan keluarga, teman, maupun tetangga. Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali persaudaraan dan memperkuat ukhuwah Islamiah. Dengan bersilaturrahmi, kita saling mengingatkan akan pentingnya menjaga hubungan baik antar sesama, serta saling mendoakan untuk kebaikan.
Dalam ajaran Islam, silaturrahmi memiliki banyak manfaat, antara lain melapangkan rizki, memperpanjang umur, dan mendatangkan berkah. “Diriwayatkan dari Anas bin Malik ra, ia berkata: Saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Barang siapa yang suka dilapangkan rezekinya atau ditambahkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung kekerabatannya” (Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih al-Bukhari, no. 5986, dan oleh Imam Muslim dalam Shahih Muslim, no. 2557).2
Tidak jarang, bersilaturrahmi di moment Idul fitri juga diiringi dengan hidangan khas yang disiapkan oleh setiap rumah warga subang, “dengeun ngopi”3 seperti ketupat, opor ayam, dan kue-kue lebaran. Hidangan ini menjadi simbol kasih sayang dan perhatian, serta menyatukan setiap individu dalam suasana penuh keceriaan. Terlihat saat keluarga berkumpul dan menikmati hidangan bersama, bagaimana mereka berbagi cerita dan saling memperbarui hubungan yang mungkin terputus oleh jarak atau kesibukan sehari-hari. (Sumber : Kota Subang, 2016).
- Halal Bil Halal: Tradisi Unik Umat Islam di Indonesia
Salah satu tradisi yang khas di Indonesia adalah halal bi halal, yang biasanya dilakukan setelah Idul Fitri. Tradisi ini merupakan sarana untuk saling memaafkan dan menjalin kembali hubungan yang mungkin sempat terputus.4 Sebelum istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh K.H. Wahab Chasbullah, Majalah Suara Muhammadiyah edisi no.5 tahun 1924 sudah menggunakan istilah ini dengan dua jenis tulisan, yaitu Alal Bahalal dan Chalal bil Chalal, yang berasal dari tulisan salah satu warga Muhammadiyah Gombong bernama Rachmad tentang pentingnya Chalal bil Chalal untuk sarana silaturrahmi saat hari raya Idul Fitri. Maka Organisasi Islam seperti Muhammadiyah tidak mengharamkannya, justru memulai dan mengembangkannya karena tradisi yang baik di hari raya. Meskipun istilah ini telah ada sejak lama, makna dan tujuannya tetap sama, yaitu untuk memperkuat silaturrahmi dan meningkatkan rasa saling menghormati antar umat Muslim. (LPCR Muhammadiyah, 2024).
Halal bi halal di setiap Instansi baik pemerintah maupun swasta di kabupaten Subang pada umumnya, sering kali diisi dengan kegiatan musafahah, di mana masyarakat saling berjabat tangan dan meminta maaf satu sama lain. Dalam suasana yang penuh kehangatan ini, diharapkan akan terjalin hubungan yang lebih baik dan saling mendukung dalam kebaikan. Selain itu, halal bi halal juga memberikan semangat baru bagi setiap individu untuk terus berkontribusi dalam membangun masyarakat yang harmonis, dan lebih baik.
- Refleksi Warga Subang: Membangun Kehidupan yang Lebih Baik
Di tengah tradisi yang kuat, refleksi menjadi hal yang penting bagi warga Subang. Setiap kegiatan yang dilakukan, mulai dari ziarah kubur hingga halal bi halal, selayaknya memberikan makna lebih dalam dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Masyarakat diharapkan tidak hanya menjalankan sebuah tradisi, tetapi juga merenungkan arti dari setiap kegiatan tersebut.
Idul Fitri menjadi momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan keimanan. Warga Subang diajak untuk lebih aktif dalam menjalankan amal shalih, berbagi kepada sesama, serta menjaga hubungan baik dengan lingkungan sekitar. Kegiatan sosial “bebersih lapang”, membersihkan lapangan tempat solat Idul Fitri secara bersama-sama, juga berbagi rizki baik berbentuk uang maupun kue kepada warga yang datang untuk silaturahmi setelah sholat Ied, wujud “Someah hade ka semah”5 menunjukkan kepedulian dan solidaritas antarwarga. (Sumber : (Kota Subang, 2016).
Dalam refleksi ini, penting untuk menyadari bahwa setiap individu memiliki tanggung jawab dalam membangun masyarakat yang lebih baik., Tradisi ini sangat relevan. Hal ini mencakup sikap saling menghargai, toleransi, dan semangat “gotong royong”6 yang menjadi ciri khas masyarakat Subang, di mana masyarakatnya dikenal guyub, ramah, dan saling mendukung satu sama lain. (date.com/life Update, 2024).
- Harapan di Hari yang Fitri
Sebagai umat Muslim, kita patut bersyukur atas kesempatan untuk merayakan hari yang fitri ini. Semoga setiap tradisi yang kita jalankan dapat memberikan manfaat dan berkah bagi kita semua. Mari kita gunakan momen Idul Fitri untuk memperkuat ikatan sosial, saling memaafkan, dan meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup ini dengan penuh keberkahan dan tebar kasih sayang.
Wallahu’alam bi showab.
*Referensi :
- Hadits Nabi
- Hadits Nabi
- https://www.kotasubang.com/7800/katanya-urang-subang-itu-ramah
- https://lpcr.or.id/hukum-halal-bi-halal-menurut-muhammadiyah/
- https://www.kotasubang.com/7800/katanya-urang-subang-itu-ramah
- https://www.sukabumiupdate.com/life/134754/11-karakter-orang-sunda-yang-membuat-kagum-sikapnya-someah
- Blog Penulis : https://andreymaulanathegoodfather.blogspot.com/2024/04/hari-raya-idul-fitri-menghimpun-nilai.html
*Alhamdulillah artikel dimuat, diterbitkan di Buku Kompilasi “Pesona Subang“, Tim Penulis GLN Gareulis Jabar, Pustaka Media Guru.

Do the best…