Mengenal Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) pada Murid

Mengenal Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder) pada Murid

Pengertian Anxiety Disorder

Anxiety disorder atau gangguan kecemasan adalah kondisi di mana seseorang merasa cemas secara berlebihan dan tidak terkendali, yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari. Anxiety disorder di sekolah bisa dialami oleh anak-anak maupun remaja, dan bisa berdampak pada prestasi belajar, hubungan sosial, dan kesehatan mental mereka.

Faktor Anxiety Disorder

Terdapat beberapa faktor penyebab murid mengalami anxiety disorder yang berdampak seperti halnya di atas. Berikut merupakan beberapa hal yang memyebabkan gangguan kecemasan pada murid:

  1. Tekanan Akademik

Ini biasanya dialami oleh beberapa siswa yang merasa tidak maksimal dalam belajar atau pada hasil belajar. Selain itu juga karena tuntutan akademik oleh orang tua atau merasa tidak bisa dalam suatu bidang.

  1. Bullying

Ini merupakan sikap yang kurang baik. Namun terkadang banyak orang yang tidak sadar bahwa sikap yang ia lakukan kepada temannya termasuk dalam kategori bully. Murid yang sering di jadikan bahan olok-olokan atau bully temanya akan menambah rasa kecemasan kepada dirinya dan sulit untuk berkembang.

  1. Perubahan lingkungan

Lingkungan baru bagi murid terkadang menimicu kecemasan pada diri anak. Terutama bagi anak yang memiliki daya adaptasi rendah itu juga menimbukan kecemasan pada anak.

  1. Masalah keluarga

Terkadang masalah di dalam keluarga juga menimbulkan gangguan kecemasan pada anak. Misalnya anak melihat pertengkaran antara orang tua maupun perilaku kurang menyenangkan yang murid dapatkan terhadap anak.

  1. Trauma

Trauma pada masalalu yang membekas akan menimbulkan kepercayaan diri dan harga diri anak menurun. Apalagi jika anak memiliki trauma yang sangat mendalam maka akan timbul kecemasan yang tinggi pada suatu hal.

Mengenali gejala anxiety disorder pada murid

Mengenali murid yang terkena anxiety disorder di sekolah adalah hal yang penting untuk memberikan bantuan dan dukungan yang sesuai. Murid yang mengalami gangguan kecemasan bisa menunjukan beberapa hal sebagai berikut:

  • Sering terlihat sangat sedih atau menarik diri dari lingkungan keluarga dan pertemanan. Murid yang mengalami anxiety disorder mungkin tidak ingin pergi ke sekolah dan lebih menyukai menghabiskan waktunya sendirian. Mereka juga bisa menghindari interaksi dengan teman sebaya atau guru.
  • Mengalami ketakutan luar biasa yang tanpa alasan. Murid yang mengalami anxiety disorder mungkin merasa takut atau cemas saat menghadapi situasi tertentu, seperti berbicara di depan kelas, berpartisipasi dalam kegiatan ekstrakurikuler, atau menghadapi ujian. Mereka juga bisa merasa takut akan terjadi sesuatu yang buruk pada diri mereka atau orang lain.
  • Mengalami gejala fisik akibat kecemasan. Murid yang mengalami anxiety disorder mungkin sering mengeluh sakit perut, pusing, berkeringat, jantung berdebar-debar, napas pendek, atau mual. Mereka juga bisa mengalami serangan panik yang ditandai dengan rasa panik, ketakutan, atau ketidaknyamanan yang intens dan tiba-tiba.
  • Mengalami kesulitan belajar atau berkonsentrasi. Murid yang mengalami anxiety disorder mungkin sulit memahami materi pelajaran, mengerjakan tugas, atau mengikuti instruksi guru. Mereka juga bisa mudah lupa, bingung, atau terganggu oleh pikiran-pikiran negatif. Hal ini bisa berdampak pada prestasi akademik mereka.
  • Mengalami perubahan perilaku atau mood. Murid yang mengalami anxiety disorder mungkin menjadi lebih sensitif, mudah marah, rewel, atau menangis. Mereka juga bisa menjadi lebih pemalu, pendiam, atau penurut. Mereka mungkin menunjukkan perilaku-perilaku seperti menggigit kuku, memutar-mutar rambut, atau mengepak-ngepak kaki.

Dukungan terhadap anak

Memberikan dukungan kepada anak yang mengalami anxiety disorder di sekolah adalah hal yang penting untuk membantu mereka mengatasi rasa cemas dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Berikut adalah beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk memberikan dukungan kepada anak yang mengalami anxiety disorder di sekolah:

  • Tanggapi kekhawatiran anak dengan serius. Dengarkan saat anak mengungkapkan rasa cemasnya dan jangan menyalahkan atau mengejeknya. Tunjukkan bahwa Anda peduli dan menghargai perasaannya. Berikan kata-kata yang menenangkan dan meyakinkan bahwa ia tidak sendirian dan bisa mengatasi situasinya.
  • Terlibat dengan aktivitas sekolah anak. Tanyakan tentang kegiatan, teman, dan guru anak di sekolah. Ikuti perkembangan akademik dan sosial anak. Berikan pujian dan dorongan saat anak berhasil melakukan sesuatu. Jika ada masalah, bantu anak mencari solusi yang tepat.
  • Jangan hindari pemicu kecemasan. Menghindari situasi atau hal yang membuat anak cemas bisa membuatnya semakin takut dan tidak percaya diri. Sebaliknya, ajak anak untuk menghadapi pemicu kecemasannya secara bertahap dengan bantuan Anda. Misalnya, jika anak cemas berbicara di depan kelas, latihlah ia berbicara di depan keluarga terlebih dahulu, lalu di depan teman-teman dekat, dan seterusnya.
  • Berikan contoh perilaku positif. Anak sering meniru perilaku orang tua atau orang dewasa yang dekat dengannya. Jadi, tunjukkanlah bagaimana Anda mengatasi rasa cemas atau takut dalam situasi tertentu dengan tenang dan percaya diri. Berikan contoh bahwa rasa cemas adalah hal yang normal dan bisa dikendalikan.
  • Ajarkan teknik relaksasi. Teknik relaksasi seperti sholat, dzikir, napas dalam, meditasi, yoga, atau mendengarkan musik bisa membantu anak meredakan rasa cemas dan panik. Ajarkan anak cara melakukan teknik relaksasi ini dan latihlah bersama-sama secara rutin. Bantu anak mengingat teknik relaksasi ini saat ia merasa cemas di sekolah atau di tempat lain.
  • Jaga kesehatan fisik anak. Kesehatan fisik juga berpengaruh pada kesehatan mental anak. Pastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang, cukup tidur, berolahraga secara teratur, dan tidak mengonsumsi kafein atau alkohol. Kesehatan fisik yang baik bisa membantu anak merasa lebih nyaman dan tenang.
  • Cari bantuan profesional jika perlu. Jika rasa cemas anak semakin parah atau mengganggu aktivitas sehari-harinya, segera konsultasikan dengan Guru BK/Konselor. Jika memang perlu penanganan lebih lanjut maka konselor akan mengarahkan ke profesional lain seperti dokter atau psikolog untuk mendapatkan diagnosis dan pengobatan yang tepat. Anak mungkin membutuhkan terapi psikologis, obat-obatan, atau kombinasi keduanya untuk mengatasi anxiety disorder di sekolah.
Scroll to Top