Saya mengajar di SMAIT As Syifa Boarding School Wanareja Subang, tepatnya mengajar Bahasa Arab di kelas XI MIPA. Ketika saya meminta murid mebaca, sebagian besar memahami isi tulisan paling banyak tiga kalimat. Lebih dari itu, mereka mulai lambat memahaminya. Hal ini terjadi karena beberapa faktor, diantaranya mufradat yang diketahui murid masih sedikit, malas dan tidak terbiasa membaca berbahasa Arab sehingga membaca masih belum menjadi kebiasaan rutin, apalagi menjadi kegiatan favorit.
Kondisi seperti ini sangat berdampak pada kegiatan menulis yang sebagian besar sumbernya adalah dari seringnya membaca teks- teks Arab. Sebagai guru, tentu saja tidak boleh tinggal diam. Saya terus berputar pikiran mencari cara agar murid tertarik belajar bahasa Arab, bersemangat dan merasa senang serta bangga ketika berhasil membuat tulisan berbahasa Arab. Bahasa Arab ini merupakan bahasa yang seharusnya menjadi perhatian utama kita sebagai umat Islam.
“Umar radhiyallahu ‘anhu juga pernah berkata,
تعلموا العربية فإنها من دينكم، وتعلموا الفرائض فإنها من دينكم
“Pelajarilah bahasa Arab karena ia bagian dari agama kalian. Pelajarilah hukum waris, ia juga bagian dari agama kalian.”
Mengapa saya terus berupaya menumbuhkan semangat murid untuk menulis? Menulis adalah satu kegiatan yang penting. Dengan menulis, murid dapat menuangkan segala ide dan imajinasinya.
Sekarang bermunculan penulis- penulis hebat, baik novel, komik dan cerita- cerita fiksi laiinya. Lalu bagaimana agar murid kita mampu menuangkan idenya ke dalam tulisan dengan cara yang sederhana dan menyenangkan?
Ya, walaupun baru sebatas tulisan sederhana namun pengalaman ini yang akan memicu murid untuk tidak ragu membuat tulisan yang lebih beragam. Berbagai strategi telah saya coba, diantaranya dengan menulis cerita berantai.
Saya memulai kegiatan dengan memberikan kesempatan kepada murid untuk menyampaikan pemahamannya tentang cerita pendek. Kemudian, saya memberikan penjelasan singkat tentang langkah- langkah menulis sebuah kalimat dalam bahasa Arab yang bisa diawali dengan kata kerja atau diawali dengan kata benda. Susunannya hampir sama seperti membuat kalimat berbahasa Indonesia, namun ada sedikit perbedaan dari tata letak nya saja.
Setelah saya membagimurid menjadi 5 kelompok. Setiap kelompok mendapatkan satu lembar kertas.
Langkah menulis yang harus mereka ikuti adalah sebagai berikut:
1. Setiap murid melanjutkan menulis setalah saya menyebutkan satu kalimat sebagai kalimat awal cerita.
2. Waktu untuk melanjutkan tulisan adalah 10 detik.
3. Ketika hitungan ke 10 semua murid harus memberikan kertas kepada teman yang ada di sebelah kanan, di depan, di belakanganya, sesuai dengan arah jarum jam.
4. Proses diulang, sesuai dengan jumlah murid dalam setiap kelompok.
5. Hitungan ke 10 terakhir semua kertas telah kembali kepada pemiliknya.
6. Setlah itu murid yang terakhir mempresentasikan hasil dari cerita berantai tersebut
ketika langkah- langkah tersebut dilaksanakan, banyak terjadi hal yang menarik. Setiap empat kali hitungan, terlihat murid yang senyum- senyum sendiri membaca tulisan temannya. Ada yang tiba- tiba tertawa karena cerita menjadi lucu. Secara umum terlihat seru dan menyenangkan. Walaupun begitu ada beberapa kendala yang ditemukan. Ketika ada murid yang tidak tau kosakata Arab nya sehingga sulit melanjutkan cerita, ada juga yang masih sulit menemukan ide dan imajinasi apa untuk melanjutkan cerita temannya tersebut.
Menghadapi hal itu , saya memberikan hitungan tambahan agar memberi tambahan waktu untuk mengingat kembali kosakata yang lupa, atau untuk menemukan ide baru untuk melanjutkan ceritanya.
Berdasarkan proses pembelajaran yang telah dilakukan, saya menyadari beberapa hal. Pertama, dengan berkerjasama atau berkolaborasi, kepercayaan murid dapat tumbuh dengan sendirinya. Kedua, dengan memberikan kebebasan, murid menjadi senang dan bersemangat.
Melalui Proses pembelajaran Cerita Berantai saya berharap murid bisa menulis teks berbahasa Arab lebih baik lagi. Tak disangka setelah itu ada murid yang berinisiatif untuk membuat sebuah komik Strip Berbahasa Arab”