Subang (15/06/2023). Angkatan Veintagros di setiap hari Kamis tiap pekannya mengadakan kegiatan Ifthar Jama’I (Buka Bersama) di sekolah. Kegiatan ini bagian dari program Rutinan, guna ajakan (syiar) untuk melaksanakan puasa sunah Senin dan Kamis bagi Murid SMA-IT As-Syifa Boarding School Wanareja. Kegiatan ini diikuti oleh setiap angkatan baik kelas 10, kelas 11 dan kelas 12 serta didampingi oleh pembina Musyrif dan Assatidz serta di hadiri Kepala Sekolah dan Wakasek lainnya.
Kegiatan ini diadakan setiap hari kamis, sebelumnya setiap peserta di ingatkan , dibangunkan untuk melaksanakan sahur. Dan di sore harinnya mulai persiapan jam 17.30 santri di arahkan untuk mengkondisikan kumpul di lapangan sesuai dengan kamarnya masing-masing. Adapun teknis pengambilan menu berbagai macam yang berbeda setiap pekannya santri setiap perwakilan kamar mengambil menu Iftar yang di siapkan Musyrifnya. Melihat dari hal itu, kita bisa melihat dan mengambil hikmah bahwa Keutamaannya puasa Senin, bisa menghapus kesalahan dan meninggikan derajat, serta memang dua hari tersebut adalah saat amalan diangkat di hadapan Allah sehingga sangat baik untuk berpuasa saat itu.
Adapun faidah puasa Senin dan Kamis adalah:
- Beramal waktu utama yaitu ketika catatan amal dihadapkan dihadapan Allah.
- Kemaslahatan untuk badan dan kesehatan, kerena ada waktu istirahat tiap pekannya.
Dari Abu Hurairah, Nabi Saw. bersabda, ” Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka jika amalanku dihadapkan, sedangkan aku sedang berpuasa.”
(HR. Tirmidzi : 747).
Dalil Puasa Senin Kamis
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, beliau mengatakan,
إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَتَحَرَّى صِيَامَ الاِثْنَيْنِ وَالْخَمِيسِ.
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari Senin dan Kamis.” (HR. An Nasai no. 2362 dan Ibnu Majah no. 1739. All Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini hasan. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
Usamah bin Zaid berkata,
قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّكَ تَصُومُ حَتَّى لاَ تَكَادَ تُفْطِرُ وَتُفْطِرُ حَتَّى لاَ تَكَادَ أَنْ تَصُومَ إِلاَّ يَوْمَيْنِ إِنْ دَخَلاَ فِى صِيَامِكَ وَإِلاَّ صُمْتَهُمَا. قَالَ « أَىُّ يَوْمَيْنِ ». قُلْتُ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ. قَالَ « ذَانِكَ يَوْمَانِ تُعْرَضُ فِيهِمَا الأَعْمَالُ عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُعْرَضَ عَمَلِى وَأَنَا صَائِمٌ »
“Aku berkata pada Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam-, “Wahai Rasulullah, engkau terlihat berpuasa sampai-sampai dikira tidak ada waktu bagimu untuk tidak puasa. Engkau juga terlihat tidak puasa, sampai-sampai dikira engkau tidak pernah puasa. Kecuali dua hari yang engkau bertemu dengannya dan berpuasa ketika itu.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, “Apa dua hari tersebut?” Usamah menjawab, “Senin dan Kamis.” Lalu beliau bersabda, “Dua hari tersebut adalah waktu dihadapkannya amalan pada Rabb semesta alam (pada Allah). Aku sangat suka ketika amalanku dihadapkan sedang aku dalam keadaan berpuasa.” (HR. An Nasai no. 2360 dan Ahmad 5: 201. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).