Bagaimana menyajikan pengetahuan agar efektif dipelajari murid?
kebanyakan dari kita jarang memikirkan pertanyaan tersebut, sering kali kita menganggap pengetahuan seperti makanan cepat saji. Tanpa perlu banyak diolah, pengetahuan bisa disajikan dan dicerna murid. Menjadi suatu keniscayaan dalam penyajianya pun persis menyajikan makanan siap saji, penyampaian materi hanya melalui ceramah satu arah.
Konsekuensi jangka panjangnya, murid kehilangan makna pengetahuan yang dipelajarinya. Belajar sebatas menghadapi ujian, setelah itu dilupakan. Setelah lulus, banyak murid yang bertanya- tanya. Belajar Aljabar buat apa ya? Apa gunanya Nahwu? Apa gunanya belajar metamorfosis? Apa pelajaran sekolah yang berguna di dunia nyata?
Coba kita bayangkan sejenak, kita menjadi pengunjung sebuah restoran. Katakanlah restoran Khas Padang. Ketika kita memilih dan masuk restoran tersebut, tentu kita punya harapan dan bayangan yang akan kita santap. Apakah itu rendang, ayam bakar lado ijo, tunjang, ayam goreng atau makanan khas padang lainnya.
Ternyata, anda mengalami pengalaman yang berbeda di restoran yang satu ini. Alih- alih mendapat sajian yang siap santap, anda justru dihadapkan dengan sajian berupa garam, cabai, rempah, tepung, ikan, dan bahan mentah lainnya. Anda datang salam kondisi lapar dan ingin siap makan, kok justru mendapat sajian bahan mentah. Kira- kira respon apa yang anda pilih?
Protes, pilih pergi, diam saja, atau mencoba memasak bahan mentah tersebut. Dugaan saya sih, kebanyakan kita akan memilih protes dan pergi. Kita protes mempertanyakan apa gunanya ada koki kalau pengunjung disajikan bahan mentah. Kita pergi karena apa gunanya kita tetap berada di restoran tersebut.
Proses serupa sebenarnya terjadi juga pada murid- murid kita di kelas ketika mendapat sajian “bahan mentah” pengetahuan. Pada awalnya mungkin murid kita tertarik dengan garam, rempah, tepung, ikan dan bahan mentah lainnya yang baru pertama mereka lihat. Tapi, lama kelamaan mereka akan mempertanyakan buat apa bahan mentah tersebut, terutama ketika mereka masuk di jenjang pendidikan menengah. Seringkali mereka tidak pergi semata karena butuh ijazah untuk melamar kerja atau melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi.
Sudah waktunya kita menghentikan pembelajaran tekstual yang menyajikan bahan mentah buat murid- murid kita. Sudah saatnya kita perbanyak pembelajaran berbasis projek. Pembelajaran berbasis projek adalah sebuah cara untuk menyajikan pengetahuan pada suatu konteks yang membuat pengetahuan lebig relevan, cara belajar lebih bervariasi, penguatan kepemimpinan murid dan pembelajaran yang lebih utuh.
pengetahuan yang relevan berarti murid mempelajari pengetahuan yang memang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu projek. Murid langsung tahu guna suatu pengetahuan. Cara belajar lebih bervariasi berarti murid bisa mempelajari pengetahuan melalui cara yang berbeda- beda sesuai dengan karakteristik pengetahuan dan kapasitas murid. Pembelajaran yang utuh berarti melakukan penalaran terhadap suatu pengetahuan sekaligus mengasah keterampilan hidup yang penting seperti penyelesaian persoalan, kreativitas, komunikasi dan kolaborasi.
Pembelajaran berbasis proyek bukan berarti mengabaikan pengetahuan bidang keilmuan. Pembelajaran berbasis proyek justru mengoptimalkan pengetahuan bidang keilmuan. Dengan pembelajaran berbasi sprojek, sajian keilmuan menjadi lebih renyah dan mudah diterima peserta didik. Justru membuat peserta didik lebih menghargai dan bersemangat mempelajari pengetahuan bidang tersebut.
Manfaat pembelajaran projek diantaranya peserta didik mendapat asupan gizi secara memadai dan berimbang dengan variasi tampilan dan rasa yang memikat. Sekali lagi, pembelajaran kontekstual berarti mencekoki murid dengan bahan mentah sedangkan pembelajaran berbasis projek, menyajikan menu belajar yang beragam dengan menggunakan bahan mentah yang mau diajarkan. Tidak mudah memang melakukan perubahan dari pembelajaran tekstual menjadi pembelajaran kontekstual seperti pembelajaran berbasis projek ini. Meski begitu, perubahan mesti kita lakukan bersama, selain tuntutan kurikulum merdeka, tantangan kehidupan yang terus berkembang juga menuntut pembelajaran kontekstual yang bisa menyiapkan peserta didik kita.
Namun tentu saja tidak bisa guru seorang diri, berkolaborasi antarguru, orang tua dan tenaga kependidikan perlu dilakukan. Bersama kita bisa melaksanakan perubahan pendidikan ke arah yang lebih baik lagi. Sebagai guru yang merupakan pelaksana kreatif kurikulum mari jadi guru merdeka belajar yang berkreasi menyajikan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
Sekali merdeka, tetap merdeka belajar !