![]()
Oleh : Andrey Maulana, S.IP.
Pernahkah kita merasa seolah sebuah kejadian sudah pernah dialami sebelumnya?
Langkah kaki berhenti, pandangan terdiam, lalu hati berbisik pelan:
“Aku pernah berada di sini, mengenal suasana ini, pernah merasakan hal ini, pernah berjumpa dengan dirinya…serta berbagai tanya lirih di hati lainnya”. Fenomena itu dikenal sebagai deja vu sensasi aneh namun akrab, seolah waktu berulang dan kehidupan menyisakan gema yang pernah kita dengar.
Namun, bagaimana jika déjà vu bukan sekadar permainan memori otak, melainkan isyarat lembut dari Allah, Rabb Sang alam semesta agar kita merenung, bertadabbur, tentang takdir dan perjalanan ruh?Dalam pandangan iman Islam, segala sesuatu terjadi bukan karena kebetulan. Allah ﷻ menegaskan dalam Al-Qur’an:
Wa kullu shay’in ‘indahu biqadar
“Dan segala sesuatu di sisi-Nya telah ditetapkan dengan ukuran.” (QS. Al-Qamar : 49)
Hal ini menguatkan konsep takdir (qadar) dalam Islam, bahwa segala peristiwa sudah tertulis dan terencana oleh Allah sejak azali. Dalam tafsir Ibnu Katsir, ayat ini dijelaskan sebagai bukti bahwa tidak ada yang terjadi tanpa ketentuan dan ukuran dari Sang Pencipta.
Ketika mengalami déjà vu, bisa jadi ruh dan jasad kita sedang diperlihatkan Kuasa Allah Swt., supaya lebih mendekatkan seorang Hamba kepada Rabbnya, bertujuan meningkatkan keimanan juga ketakwaan, baik itu berbentuk mimpi ketika tertidur ataupun ketika menjalani aktivitas dalam kesehariannya.
Saudaraku sejatinya Ruh kita telah mengalami berbagai perjalanan serta peristiwa tahapan yang dialami oleh ruh di alam ruh, sebelum ditiupkan kedalam jasad. Berikut penjelasan berbagai peristiwa di alami ruh manusia serta penetapan takdirnya menurut pandangan Islam:
“Sungguh salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya dalam rahim ibunya selama empat puluh hari berupa nutfah, kemudian menjadi alaqah selama itu pula, kemudian menjadi mudghah selama itu pula. Kemudian diutus malaikat kepadanya, lalu ditiupkan ruh dan diperintahkan untuk menuliskan empat perkara: rezeki, ajal, amal, dan kebahagiaan atau kesengsaraan. Demi Allah, sesungguhnya ada yang beramal seperti ahli surga hingga jarak antara dia dan surga tinggal sehasta, namun ketetapan takdir lebih dulu, lalu ia beramal seperti ahli neraka dan masuk neraka. Demikian pula sebaliknya.”
(HR. Bukhari no. 3321, Muslim no. 2643)
Hadist-hadits peristiwa perjalanan ruh manusia diatas, menjadi dasar kuat bahwa:
1. Ruh bersaksi dan membuat perjanjian dengan Allah SWT bahwa Dia adalah Tuhan mereka,
2. Ruh memiliki kesadaran dan sudah mengenal Allah
3. Takdir telah ditetapkan bersamaan ditiupkannya Ruh ke dalam jasad manusia, sebagaimana telah ditetapkan oleh Allah Swt.
Jadi, déjà vu bisa menjadi petunjuk halus bahwa peristiwa yang kita alami adalah bagian dari ilmu Allah Swt. meliputi segala sesuatu yang telah dan akan terjadi, guna menambah keimanan bagi hambanya yang bertakwa.
sebagaimana firman-Nya:
Artinya: “Dan apa yang telah Dia turunkan kepadamu dari Kitab dan Hikmah, dan bertakwalah kepada Allah serta ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”
(QS. Al-Baqarah: 231)
Alih-alih merasa heran atau takut, jadikan momen déjà vu sebagai pengingat iman dan kesempatan bertadabbur. Tadabbur berarti merenung dengan mendalam, memahami dan menghayati ayat-ayat Allah dalam kehidupan nyata.
Allah berfirman:
“Apakah kalian tidak merenungkan Al-Qur’an?” (QS. Muhammad : 24)
Dengan mengambil hikmah dari déjà vu, kita menyadari bahwa hidup ini bukan hasil kebetulan, melainkan telah terarah dalam konteks pandangan keimanan. Bisa jadi Allah Swt.ingin mengingatkan kepada hambanya bagaimana dulu ketika di alam ruh, ruh kita semua bersaksi dan membuat perjanjian dengan Allah SWT bahwa Dia adalah Tuhan kita, Tuhan seluruh makhluk alam semesta.
Saudaraku bahwasanya waktu bukan garis lurus yang sederhana, melainkan seperti lembaran hidup yang sedang kita lalui perlahan dengan bimbingan dari Allah Swt., guna menjadikan manusia menjadi insan yang penuh dengan keberkahan ilmu serta kebermanfaatan, baik bagi dirinya juga masyarakat secara luas.
Setiap pertemuan ruh orang yang beriman dan keputusan takdir telah dirangkai oleh Rabb Sang Maha Kuasa senantiasa menguatkan jiwa manusia dalam menghadapi beratnya lika-liku kehidupan yang dihadapi.
Sebagai penutup penulis ingin menyampaikan, bahwa takdir dari setiap langkah yang kita pijak hari ini sesungguhnya adalah sebuah ketetapan dari Allah Swt. yang telah tertulis di Lauhul Mahfuzh.
Maka ketika rasa déjà vu menyapa, jangan hanya diam membisu serta rasa bingung penuh dengan tanda tanya yang sangat meresahkan. Mari kita sambut isyarat lembut, usapan hangat dari-Nya dengan berhenti sejenak, tersenyum, tarik napas dalam, dan bisikkan di hati dengan lantunan zikir penuh kesyukuran serta menyebut keagungan-NYA.
Seraya berdoa lirih dalam hati: “Ya Allah, Engkau telah memberiku nafas untuk merasakan nikmatmu hingga saat ini. Maka hamba mohonkan senantiasa ketetapan yang terbaik serta bimbinglah hamba agar berjalan menuju ridha-Mu.”
Maka esensi tadabbur déjà vu bukan untuk menguak misteri duniawi yang absurd, melainkan menemukan makna kehidupan yang lebih dalam, dengan upaya, ikhtiar terbaik selaku hamba yang beriman juga bertakwa, hamba yang mengenal serta taat kepada Allah Swt.
Wallahualam Bi Shawab
| Blok Lw. Peuris RT/RW 07/02, Wanareja, Kec. Subang, Kabupaten Subang, Jawa Barat 41211 | |
| PHONE | 6281222111454 |
| smait-wanareja@assyifa-boardingschool.sch.id | |