Salah Satu Santri sedang Ujian Tahfizh
Subang, 17 Desember 2025– Sudah tandanya bagi santri As-Syifa Wanareja apabila mendekati akhir semester, para santri terlihat sibuk mengulang-ulang kembali hafalan yang disetorkannya selama satu semester kemarin di masjid dengan penuh takzim. Para santri tersebut sedang menguatkan kembali hafalan mereka untuk kemudian disetorkan dalam sebuah acara akhir semester As-Syifa Wanareja, yaitu Ujian Tahfizh. Pada kali ini, ujian tahfizh dilaksanakan dari tanggal 24 November sampai dengan 7 Desember 2025. Berbeda dengan ujian tahun sebelumnya, ujian kali ini menggunakan metode MHQ (Musabaqah Hifzhil Qur’an).
Sejak dulu, SMAIT As-Syifa Wanareja selalu mengadakan ujian tahfizh di penghujung tiap semester untuk menguji kekuatan dan kemantapan hafalan Al-Qur’an para santri. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan santri-santri yang bukan hanya cepat dalam hal menghafal dan setoran, namun juga kuat hafalannya dan tekun dalam mengulangnya. Biasanya, ujian ini dilakukan sebelum ujian akademik agar para santri dapat menyelesaikan bab hafalannya terlebih dahulu sebelum ujian akademik. Ujian tahfizh dulunya dilakukan dengan metode tasmi’, dimana para santri harus menyetorkan juz yang diujiankannya kepada penguji. Boleh dilakukan sekali duduk, boleh juga mencicil per 5 halaman. Selanjutnya setoran tasmi’ santri akan diuji kelancaran dan kebenaran tajwidnya.
Perbedaan mendasar yang menjadi pembeda antara ujian tahfizh dulu dengan sekarang adalah metodenya. Pada tahun ini, As-Syifa Wanareja mengganti metode tasmi’ dengan metode MHQ.
Penerapan metode Musabaqah Hifzhil Qur’an (MHQ) dalam ujian tahfizh kali ini membawa atmosfer yang berbeda di lingkungan Boarding School. Jika pada tahun-tahun sebelumnya ujian dilakukan secara tasmi’ antara santri dan penguji, tahun ini para santri diuji dalam format pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab hingga penguji merasa cukup. Setiap santri tidak hanya dituntut untuk hafal secara tekstual, tetapi juga harus memiliki ketenangan mental saat menjawab pertanyaan-pertanyaan acak yang dilemparkan oleh penguji.
Metode MHQ ini dipilih bukan tanpa alasan. Pihak manajemen pendidikan As-Syifa Wanareja ingin meningkatkan standar kualitas hafalan para santri. Dalam format ini, penguji akan membacakan satu potongan ayat, dan santri wajib menyambung ayat tersebut dengan lancar, tepat tajwidnya, serta merdu iramanya. Hal ini memaksa santri untuk tidak hanya menghafal lembar demi lembar, tetapi benar-benar memahami letak dan keterkaitan antarayat dalam satu surah maupun lintas surah.
Geliat persiapan sudah terasa sejak berminggu-minggu sebelum tanggal 24 November. Masjid An-Najah yang menjadi pusat kegiatan santri tampak tidak pernah sepi. Mulai dari sebelum waktu Subuh hingga larut malam, sayup-sayup suara lantunan ayat suci terdengar saling bersahutan. Fenomena “murojaah jama’i” atau mengulang hafalan bersama menjadi pemandangan harian yang mengharukan. Para santri saling menyimak satu sama lain, mengoreksi kesalahan kecil sebelum akhirnya maju ke hadapan penguji resmi.
Ustaz Nurfaizin selaku Pembimbing Tahfizh menyatakan bahwa tantangan terbesar tahun 2025 ini adalah konsistensi. “Di tengah gempuran distraksi digital, mempertahankan fokus santri pada Al-Qur’an adalah prestasi tersendiri. Al-Qur’an bukan hanya untuk disimpan dalam hati, tapi juga untuk disyiarkan dengan cara yang baik,” ujarnya di sela-sela pemantauan ujian.
Setelah berakhirnya rangkaian ujian pada 7 Desember 2025, agenda berikutnya adalah evaluasi menyeluruh dan pemberian nilai untuk seluruh santri. Namun, bagi para santri, selesainya ujian bukanlah akhir dari segalanya. Justru ini menjadi titik awal untuk terus menjaga hafalan mereka agar tidak hilang ditelan waktu. Karena perjalanan untuk menghafal dan menjaga hafalan Al-Qur’an adalah suatu perjalanan yang dijalani hingga akhir hayat.
Dengan suksesnya pelaksanaan Ujian Tahfizh metode MHQ ini, SMAIT As-Syifa Wanareja semakin mengukuhkan posisinya sebagai lembaga pendidikan Islam yang berkompeten dalam mencetak generasi Qur’ani. Semangat yang terpancar dari wajah-wajah santri di Subang ini diharapkan mampu menjadi inspirasi bagi institusi pendidikan lainnya untuk terus berinovasi dalam metode pembelajaran agama, tanpa meninggalkan esensi ketakziman terhadap kitab suci.
Murid di SMAIT As-Syifa Boarding School Wanareja sejak 2024, yang sebelumnya juga menempuh pendidikan tingkat menengah pertama di SMPIT As-Syifa Boarding School Wanareja. Saat ini aktif sebagai Ketua Divisi Jurnalistik Tim Media Sekolah.