Apa rasanya bertemu idola? Apa rasanya bisa menatap sang idola dari dekat? Apa rasanya diberikan nasihat yang inspiratif dan motivasi yang nonjok banget dari idola kita? Pasti senang, semangat, gembira, antusias, dan wow rasanya, kan? Kira-kira rasa itulah yang hadir di tengah-tengah siswa SMAIT As-Syifa Boarding School Wanareja, Jalancagak, Segalaherang, dan sejumlah peserta Asfera (As-Syifa Festival Raya) yang bertemu Fitra Eri di Aula Khadijah, Kompleks As-Syifa Wanareja pada Sabtu, 24 Februari 2024.
Di Indonesia, sejumlah tokoh yang umumnya dikenal dan dijadikan idola adalah mereka yang termasuk tokoh agama, pemimpin negara, tokoh atau pelopor teknologi, atlet, intelektual, aktivis, dan artis atau pesohor. Lalu, mengapa Fitra Eri? Lho, mengapa bukan dia? Yup, dialah seorang Indonesian legendary car reviewer. Dia pelopor reviewer mobil yang komprehensif di Indonesia. Pengetahuan teknis dan motorsport-nya tidak diragukan lagi karena ia seorang pembalap. Gaya review-nya terstruktur dan sejauh ini dijadikan kiblat oleh hampir semua reviewer mobil di Indonesia.
Selain itu, masifnya tayangan youtube menjadikan sosok Fitra Eri yang kerap me-review sejumlah mobil baru dan canggih sangat dikenal di kalangan Gen-Z. Itulah sebabnya, kehadirannya sebagai salah seorang narasumber acara Talk Show di Asfera sangat dinantikan. Meskipun acaranya berlangsung malam—baru dimulai sekitar pukul 20.30 sampai 22.00 WIB—dan para peserta serta panitia sudah beraktivitas sejak pagi dengan berbagai agenda pembukaan Asfera dan sejumlah lomba, tetapi mereka tetap antusias dan semangat menyimak detil-detil paparan yang sangat inspiratif dari idola mereka tersebut.
Ruang Inspiratif
Asfera menjadi panggung besar dan sarana ekspresi kelas XI. Merekalah yang sibuk merencanakan dan mengeksekusi semua keputusan panitia besar dari tiga kampus As-Syifa: Jalancagak, Wanareja, dan Sagalaherang. Oleh karena itu, talk show bersama Fitra Eri menjadi salah satu ruang belajar yang sangat menarik, bukan saja karena yang memberikannya adalah seorang praktisi yang sangat mumpuni dan disegani di bidangnya, tetapi juga karena para murid memang mendesain temanya dekat dengan apa yang sedang dan akan mereka butuhkan, yaitu “Menggali Potensi Kreativitas di Era Digital”.
Ada sejumlah catatan menarik yang dapat kita petik dari talk show tersebut. Pertama, nilai kerendahhatian dan kepedulian. Sebagai seorang profesional dengan sebegitu ketatnya agenda kerja, Fitra Eri dengan senang hati hadir di As-Syifa Boarding School Wanareja (Aswaja). Ia telah meringankan langkah bergerak dari Jakarta di akhir pekan ke Subang tentu sudah merupakan wujud dari kedua nilai tersebut. Tentu ada nilai yang lebih besar ingin disampaikan kepada para murid As-Syifa yang telah mengundang dan menanti kedatangannya. Tiba di kompleks Aswaja selepas Maghrib sempat membuatnya mengira sudah salah jalan karena ia harus masuk hutan karet.
“Ini pertama kali saya berkunjung ke SMAIT As-Syifa. Tadi sempat mengira kalau saya nyasar karena harus melewati hutan. Ternyata, lokasinya memang ada di tengah hutan. Gak nyangka di tengah hutan ada sekolah yang keren ini.”
Ia peduli dengan semangat para Gen-Z yang ingin belajar darinya. Artinya, ia ingin juga memberi warna pada perjalanan para murid SMP dan SMA As-Syifa yang pasti tengah mencari jati diri di tengah begitu banyak serbuan dan godaan dunia digital. Dengan demikian, ia tengah peduli pada masa depan bangsa Indonesia dengan mau berbagi sejumlah pengalaman menariknya di dunia digital.
Kedua, pentingnya punya cita-cita. Inilah inspirasi dan motivasi yang keren. Bayangkan, ia membuka talk show dengan pertanyaan yang membuat peserta agak berpikir,”Siapa yang belum tahu pasti cita-citanya mau jadi apa? Siapa yang sudah tahu pasti ingin jadi apa?”
Ia mengajak para peserta untuk kembali menadabburi Al-Baqarah Ayat 286 tentang Allah tidak akan menguji hamba-Nya di luar batas kemampuannya. Oleh karena itu, ia berpesan: jangan takut pada hambatan karena menurutnya itu adalah kesempatan yang diberikan Allah agar ia bisa mencari jalan lain untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar dan berharga.
Ketiga, arif memaknai hambatan. Ia juga membuka wawasan tentang dunia kerja yang nanti akan dijalani para murid, di antaranya dengan adanya fenomena like and dislike. Ini terungkap ketika dua moderator—Adam dan Aghna—bertanya perihal alasan mengapa ia dirumahkan dari pekerjaannya sebagai jurnalis. Cerita itu kemudian juga berlanjut pada pandangan dan prinsipnya tentang sebuah dunia baru yang harus siap dihadapi oleh setiap orang, yaitu perubahan.
Perubahan yang dimaksud dalam penjelasan terbatas itu adalah berkembangnya media digital dengan hadirnya Youtube di Indonesia pada 2005 dan semakin berkembang pada rentang 2012-2013 seiring dengan semakin baiknya jaringan internet. Untuk itu, ia berpesan satu hal: setiap kita harus punya kemampuan adaptasi yang baik. Meskipun teknologi berkembang pesat, tetapi nilai-nilai dalam dunia kerja dan hubungan antarsesama harus tetap terpelihara, seperti kejujuran dan tekad untuk menyelesaikan segala pekerjaan dengan hasil terbaik.
Keempat, kemampuan beradaptasi terhadap perubahan. Ia juga mengingatkan semua yang hadir untuk terus belajar dalam menyikapi perubahan yang niscaya terjadi. Bila kita tidak berani dan tidak mampu beradaptasi dengan perubahan yang ada, maka kita akan ketinggalan zaman (innovate or die). Tetapi, ia juga mengingatkan jangan sampai terbawa arus, karena perubahan itu tetap ada dua, yang baik dan buruk. Yang baik, tentu harus mau kita pelajari, sedangkan yang buruk harus berani dan bisa kita perbaiki.
Dalam dunia yang terus berubah ini justru bertebaran begitu banyak kesempatan. Mereka yang cerdas tentunya adalah mereka yang pandai melihat peluang untuk maju berdasarkan potensinya. Tentu, dengan tema talk show ini, kita diajak untuk semakin menyadari bahwa dunia digital harus tetap dilihat sebagai sebuah kesempatan untuk mengambil dan memanfaatkan yang terbaik dengan tetap mewaspadai sisi buruk yang dapat ditimbulkannya. Dengan apa semua itu dapat kita lakukan? Salah satunya adalah dengan tetap berpegang pada nilai-nilai Al-Qurán dan hadits.
Kelima, kemampuan mengelola waktu. Ia mengingatkan bahwa umat Islam telah diajarkan bagaimana secara bijak memanfaatkan dan membagi waktu, yaitu dengan melaksanakan sholat lima waktu tepat pada waktunya. Itulah cara Allah mendidik kita untuk senantiasa memperhatikan pentingnya waktu. Kemampuan mengatur dan mengelola waktu tentu harus kita miliki sejak di bangku sekolah.
Pada kesempatan itu, ia memberi contoh tentang kebiasaan yang barangkali masih dianggap biasa dan wajar di sekolah, yaitu telat atau terlambat. Telat hadir di satu sesi acara atau telat mengumpulkan tugas. Bila di sekolah telat itu hukumannya beragam dan selesai setelah pelakunya menjalani hukuman, tetapi di dunia kerja tidak selalu sesederhana itu. Bila kita telat menghadiri sebuah janji pertemuan, maka sesungguhnya hal itu bisa saja mengubah jalan hidup kita. Mengapa? Dengan telat, kita dianggap tidak menghargai orang, karena orang juga pasti punya sejumlah agenda yang lain. Dengan telat, tanpa disadari, kita tengah menanamkan benih ketidakpercayaan orang kepada kita. Bukankah dalam dunia bisnis sangat dipentingkan makna sebuah kepercayaan?
Keenam, pentingnya pertemanan. Ia mengingatkan pentingnya memilih circle atau lingkaran pertemanan. Pandai-pandailah memilih circle terdekat agar kita mendapatkan banyak hal baik dari semua itu. Sebaliknya, seharusnya ada upaya yang kuat untuk melepaskan diri dari circle yang kurang atau tidak baik agar potensi kita bisa semakin mampu kita kembangkan.
Namun, dalam dunia kerja tantangannya juga sangat kompleks. Kita tidak serta merta bisa mensterilkan diri dari sejumlah circle yang ada. Namun, justru inilah tantangannya. Bukankah emas dalam lumpur akan semakin terlihat lebih jelas?
Kesempatan berlatih
Talk show ini adalah kesempatan belajar dan berlatih yang sangat menarik untuk para murid As-Syifa Wanareja khususnya kelas XI. Mengapa? Acara yang direncanakan dan dilaksanakan ini telah menghadapkan mereka pada satu situasi untuk saling menghargai dan menghormati satu sama lain. Tidak ada satu posisi pun dalam kepanitiaan yang boleh merasa paling penting. Semua penting. Semua berharga dan bermakna. Bila ada yang merasa paling berjasa di Asfera ini, tentu ia membuang kesempatan untuk belajar rendah hati dan berusaha menegasikan peran strategis teman-temannya. Bila ada yang merasa tidak bermakna dalam keseluruhan agenda yang ada, itu artinya ia tengah membuang kesempatan untuk senantiasa bergembira dan bahagia di kesempatan belajar me-manage sebuah event besar ketika masih di SMA yang hanya sekali dan tidak akan kembali.
Sejumlah kesempatan belajar itu di antaranya adalah pertama, memupuk keberanian berbicara di depan umum. Apresiasi untuk kedua moderator yang telah memandu Fitra Eri dengan lima pertanyaan yang cukup memantik jawaban menarik. Kesempatan belajar memoderatori seorang reviewer mobil terkemuka di Indonesia adalah kesempatan langka. Oleh karena itu, belajar menjadi moderator yang responsif dan akomodatif serta selektif juga tentu harus terus dipupuk.
Kedua, belajar mengonstruksi pertanyaan yang baik. Ada beberapa murid yang berani mengajukan pertanyaan. Pertanyaannya beragam dan menarik: ada yang substansif, idealis, dan pragmatis. Ini memang sarana belajar bertanya yang efektif dan menantang. Proses mental yang terjadi ketika seseorang mulai memilih materi, mengonstruksi pertanyaan dengan diksi dan kalimat yang tepat, dan belajar menyampaikannya dengan bahasa tubuh dan kelantangan suara yang tepat sungguh merupakan sebuah kesempatan yang berharga. Bukankah bertemu salah seorang youtuber otomotif tersukses di Indonesia tidak setiap saat?
Pertanyaan tentang pilihan mobil pertama, tips untuk kuat mental di lingkungan kerja, langkah-langkah menjadi pembalap, informasi tentang BMW i7 yang dikendarai Fitra Eri ke As-Syifa, cara membuat konten youtube yang bagus, dan tiga kunci sukses menurut Fitra Eri adalah pertanyaan-pertanyaan yang hadir mewakili rasa ingin tahu semua peserta. Tentu, masih banyak peserta yang angkat tangan dan ingin bertanya tetapi belum dapat kesempatan, baik karena terbatasnya waktu atau pun karena tidak terlalu terlihat oleh moderator atau pembicara. Apresiasi dan simpati untuk mereka, semoga di lain acara mendapatkan kesempatan untuk bertanya. Yang jelas, para penanya telah berjuang menaklukkan rasa groginya sendiri untuk dapat bertanya dengan baik di sebuah forum resmi dan ini tentu harus diberikan apresiasi yang tinggi.
Ketiga, pendampingan para ustadz sangat penting. Sosok Fitra Eri tentu tidak hanya membuat penasaran para murid, tetapi juga para ustadz. Dengan kecintaan mereka pada para murid, mereka mendampingi dengan sabar dan antusias ketika proses talk show berlangsung. Bahkan pada kesempatan bertanya, Ustadz Sahidin—guru Sosiologi—sempat mengajukan satu pertanyaan yang sangat inspiratif. Bahkan Fitra Eri mengapresiasi pertanyaan tersebut dan mengatakan itu pertanyaan yang belum pernah ditanyakan kepadanya di ratusan talk show yang sudah dijalaninya. Masya Allah. Luar biasa, Ustadz Sahidin.
Jawaban Fitra Eri atas pertanyaan Ustadz Sahidin sangat penting diperhatikan oleh murid dan guru. Mengapa? Pertanyaan tentang murid seperti apa Fitra Eri ketika di SMA dulu telah mengingatkan semua pihak atas basis perjuangan masing-masing. Ia mengatakan, ketika di SMP dan SMA, ia bukan murid yang paling pintar, tetapi juga bukan yang paling bodoh. Biasa-biasa saja. Bahkan ia memerinci sejumlah pelajaran yang nilainya paling buruk (kesenian, baik seni musik mapun seni rupa dan sejarah), pelajaran yang nilainya biasa-biasa saja (di antaranya bahasa Indonesia dan agama), dan pelajaran yang hasilnya bagus karena ia senangi, yaitu matematika, fisika, dan bahasa Inggris.
Apa pelajaran menarik yang bisa kita petik dari jawaban tersebut? Setiap murid harus tetap optimis dan bersyukur atas apa yang menjadi pencapaian optimalnya. Kesuksesan tidak semata karena punya nilai tinggi. Bahkan dalam dunia kerja, justru kecerdasan emosional memegang peranan penting dalam membangun karier. Oleh karena itu, banyak orang mengatakan IPK (kognitif) yang tinggi membuatmu diterima bekerja, sedangkan kecerdasan emosional memberimu kesempatan promosi dan kesempatan besar lainnya. Untuk itu, optimalkan apa yang menjadi potensi kita agar berkembang menjadi keunggulan.
Untuk guru, jawaban tersebut kembali menyadarkan, bahwa seorang guru tidak boleh hanya memperhatikan murid yang pandai dan bermasalah saja. Memang, umumnya demikian, murid yang dikenal oleh guru biasanya yang menonjol, yaitu dua kelompok: yang (paling) pintar dan yang (paling) bermasalah. Lalu, yang biasa-biasa saja umumnya luput dari perhatian karena tergolong tidak Istimewa. Padahal, setiap murid Istimewa dan punya hak yang sama untuk mendapat perhatian gurunya. Padahal, setiap murid seharusnya punya kesempatan yang sama untuk maju. Bukankah sudah banyak contoh, bahwa yang biasanya sukses dalam karier bukan mereka yang pintar semata, tetapi yang punya karakter tumbuh karena tahan banting dan kuat mental untuk meraih cita-citanya.
Keempat, belajar sejumlah prinsip entrepreneurship development. Fitra Eri tanpa sungkan memberikan sejumlah prinsip dalam memulai dan membangun usaha kepada murid kelas XI yang memang sedang haus akan sejumlah informasi dan wawasan keilmuan serta success story dari para pelaku usaha. Sejumlah nilai itu tersemat di semua jawaban atas sejumlah pertanyaan yang ditanyakan para peserta, seperti tidak memanjakan diri dengan menikmati sesuatu kemewahan sebelum mendapatkan sebuah prestasi, pentingnya punya Impian yang tinggi, bermental baja terhadap semua hambatan, pandai mengelola waktu, menghargai orang lain, jangan terbawa arus, terus belajar adaptasi atas semua perubahan, mempertahankan sejumlah nilai moral dan etika, dan memandang hambatan sebagai peluang. Selain itu, berdoalah yang Ikhlas karena Allah, berikhtiar terbaik, jujur, dan berniat baik,
Nilai-nilai penting yang disampaikan Fitra Eri semoga mampu dicatat, dipahami, dan mulai dijadikan sikap mental oleh para murid SMAIT As-Syifa. Kesempatan belajar dari reviewer mobil terkemuka Indonesia adalah kesempatan langka dan berharga. Mereka yang beruntung adalah yang pandai menempatkan diri sebagai peserta yang aktif, antusias, dan ikhlas. Dengan demikian, apa yang disampaikan insya Allah bermanfaat untuk masa depan mereka nanti.
Akhirnya, ucapan terima kasih yang tulus kepada Oom Fitra Eri yang dengan penuh cinta telah meluangkan waktu untuk memberikan begitu banyak ilmu dan nilai penting dalam upaya membangun karier dan wirausaha kepada seluruh murid SMAIT Boarding School As-Syifa. Apresiasi tertinggi juga untuk semua panitia Asfera yang telah merancang talk show ini sehingga seluruh civitas academika As-Syifa bisa belajar banyak dari salah seorang selebritas internet terkemuka Indonesia. Selamat ber-Asfera Civitas Akademika As-Syifa, semoga festival raya selama delapan hari ini menjadi sarana belajar yang komprehensif, menarik, membahagiakan, dan menjadi amal solih untuk semuanya.
Memiliki idola dan role model adalah kewajaran manusiawi. Sebagai makhluk yang berkembang dengan cara belajar, proses ini memberi ruang yang cukup menarik. Keberjarakan antara seseorang dengan yang diidolakan justru menciptakan ruang dialektika yang menarik. Kesadaran tidak ada manfaatnya menjadi orang lain tetap punya tempat dalam hati setiap individu, tetapi melirik dan belajar dari mereka yang berprestasi di bidangnya adalah sesuatu yang lain. Wa Allah A’lam bish-shawab.
Sumber: https://ruangkelasindonesia.blogspot.com/2024/02/belajar-bersama-fitra-eri-di-asfera.html
Penulis: Ustadz Fahrizal Muhammad