Sejarah dunia mencatat bahwa sistem ekonomi kapitalis bukanlah sistem yang kokoh. Berulang kali ia mengalami guncangan besar yang meninggalkan jejak penderitaan luas bagi masyarakat dunia. Krisis ekonomi global tahun 1929 (The Great Depression) menjadi salah satu bukti paling nyata. Krisis ini bermula dari pasar saham Amerika yang runtuh akibat spekulasi berlebihan dan akhirnya menular ke seluruh dunia, menyebabkan jutaan orang kehilangan pekerjaan dan tabungan mereka.
Tak berhenti di situ, dunia kembali dikejutkan oleh krisis keuangan global 2008 yang disebabkan oleh praktik subprime mortgage di Amerika Serikat—yakni pemberian kredit perumahan kepada debitur yang tidak layak secara finansial, dipicu oleh kerakusan dan permainan spekulatif sektor keuangan. Bank-bank raksasa ambruk, pemerintah menyuntik dana triliunan dolar untuk menyelamatkan pasar, namun jutaan keluarga kehilangan rumah dan pekerjaan.
Di tengah badai tersebut, lembaga-lembaga keuangan syariah justru terbukti lebih tahan menghadapi krisis. Sebuah laporan dari The Economist (2009) menunjukkan bahwa bank syariah lebih stabil karena mereka tidak melakukan transaksi berbasis riba dan spekulasi (gharar
). Dalam sistem keuangan Islam, uang tidak bisa “menghasilkan uang” lewat instrumen spekulatif seperti derivatif, melainkan harus dihubungkan dengan kegiatan ekonomi riil seperti perdagangan dan investasi aset nyata.
Studi oleh International Monetary Fund (IMF, 2010) bahkan menyebutkan bahwa bank-bank syariah memiliki rasio ketahanan modal yang lebih kuat, dan lebih sedikit terdampak oleh krisis finansial karena portofolio investasinya berbasis risiko nyata, bukan permainan angka. Inilah bukti bahwa ketika ekonomi dunia terguncang oleh sistem yang dibangun di atas keserakahan dan ketidakjelasan, sistem ekonomi Islam menawarkan ketenangan karena dilandasi keadilan (adl
), transparansi (shidq
), dan tanggung jawab sosial (maslahah
).
Maka dari itu, menghadirkan nilai-nilai Islami dalam kurikulum ekonomi bukan hanya sebuah pendekatan spiritual semata, melainkan juga kebutuhan intelektual dan praktis agar peserta didik tidak hanya memahami bagaimana pasar bekerja, tetapi juga bagaimana menjaga agar pasar tetap adil dan tidak merugikan masyarakat.
Mengapa Perlu Nilai Islami dalam Kurikulum Ekonomi?
Mengatasi Krisis Moral dalam Ekonomi Modern
Sistem ekonomi modern sering kali berfokus pada profit dan efisiensi, namun mengabaikan etika. Nilai Islami hadir sebagai penyeimbang, menekankan kejujuran, keadilan (adl
), dan tanggung jawab sosial.Membentuk Karakter Ekonom Muslim Sejak Dini
Kurikulum yang menyisipkan nilai-nilai Islam seperti amanah, anti riba, zakat, dan larangan penipuan akan membentuk peserta didik tidak hanya menjadi ahli ekonomi, tapi juga pribadi yang berintegritas.Sesuai Tujuan Pendidikan Nasional dan Pendidikan Islam
Pendidikan nasional Indonesia menekankan pengembangan manusia beriman dan bertakwa. Pendidikan ekonomi Islam mendukung itu dengan mempersiapkan peserta didik jadi pelaku ekonomi yang membawa maslahat (rahmatan lil ‘alamin
).
Contoh Nilai Islami yang Bisa Disisipkan dalam Materi Ekonomi
Materi Ekonomi | Nilai Islami yang Bisa Ditekankan | Penjelasan |
---|---|---|
Kebutuhan dan Keinginan | Zuhud, Qana’ah | Mengajarkan bahwa tidak semua keinginan harus dipenuhi, dan pentingnya hidup sederhana. |
Kelangkaan | Tawakal dan Syukur | Mengajak siswa tidak panik terhadap kelangkaan, tapi mencari solusi dengan penuh keimanan. |
Pasar dan Harga | Kejujuran dalam jual beli | Hadis Rasulullah tentang pedagang yang jujur setara dengan syuhada. |
Sistem Ekonomi | Keadilan (adl ) dan Musyawarah | Mendorong pemahaman bahwa Islam tidak sekadar kapitalisme + zakat, tetapi sistem menyeluruh yang berkeadilan. |
Lembaga Keuangan | Larangan Riba, Peran Zakat, Infaq | Siswa dikenalkan dengan prinsip syariah dalam transaksi keuangan. |
Metode Penyisipan dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Integrasi Kontekstual
Saat membahas materi, guru bisa memberikan contoh nyata dari hadis atau praktik ekonomi di zaman Rasulullah SAW.Penggunaan Media Islami
Misalnya, permainan monopoli ekonomi syariah, studi kasus UMKM syariah, atau membuat proyek simulasi zakat dalam pembelajaran.Refleksi Nilai
Di akhir pelajaran, guru bisa mendorong siswa merenungkan: “Bagaimana Islam mengajarkan kita bersikap dalam persoalan ekonomi ini?”
Menghadirkan nilai-nilai Islam dalam kurikulum ekonomi bukan berarti menambah beban materi, tetapi menghidupkan kembali ruh pendidikan yang membentuk akhlak dan kesadaran sosial peserta didik. Sekolah Islam memiliki peran strategis untuk melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara ekonomi, tetapi juga bijak dan adil dalam menjalankan perannya sebagai khalifah fil ard.

Tersenyumlah.