“Gema Keteguhan Iman”
Renungan dalam menghadapi Problematika hidup Inspirasi dari puisi spiritualitas
Andrey Maulana, S.IP.
Puisi : Doa Dalam Diam, Andrey Maulana, S.IP.
Keruwetan tersaji, sumber antah berantah,
Membalut hari dalam diam yang lelah.
Terhenyak, termenung, lalu termanggut,
Tabiat protagonis dan antagonis merangkum peristiwa.
Lirih lantunan optimis dalam hati,
Yakin, badai ini bisa kulewati.
Risalah Ilahi dan teladan sang Nabi,
Menguatkan langkah-langkah suci ini.
Ikhtiar dan tawakal menjadi bekal,
Hingga gema takbir membelah malam,
Memeluk harapan di dalam damainya kalam
Mengurai Makna di Balik Berbagai Rumitnya Ujian hidup: Sebuah Renungan
Hidup sering kali menghadirkan keruwetan, sebuah situasi yang membuat kita merasa terjebak dalam ketidakpastian. Namun, di balik itu semua, ada hikmah yang bisa kita renungkan. Puisi ini menggambarkan perjalanan jiwa dalam menghadapi ujian, mulai dari perasaan tekanan yang begitu berat hingga menemukan sebuah ketenangan dalam keteguhan iman.
Mari kita telaah bait demi bait guna menemukan makna puisi ini yang lebih dalam.
Bait 1: Keruwetan dan Kebingungan
Keruwetan tersaji, sumber antah berantah,
Membalut hari dalam diam yang lelah.
Dunia ini penuh dengan dinamika yang sering kali tidak dapat kita prediksi. Keruwetan muncul dari berbagai arah, kadang tanpa kita tahu penyebab pastinya. Kita merasa lelah, bukan hanya fisik, tetapi juga secara mental dan emosional.
Ketika segala sesuatu terasa kacau, kita mungkin merasa ingin menyerah. Namun, justru dalam momen inilah kita diajak untuk berefleksi. Apakah kebingungan ini hanya berasal dari situasi luar, ataukah ada sesuatu hal dalam diri yang perlu diperbaiki.
Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6)
Sebuah pesan yang senantiasa mengingatkan kita bahwa setiap kesulitan bukanlah akhir, melainkan bagian dari perjalanan menunjukan sebuah kemudahan.
Bait 2: Ketidakpastian dan Bentuk Pergulatan Batin
Terhenyak, termenung, lalu termanggut,
Tabiat protagonis dan antagonis merangkum peristiwa.
Ketika menghadapi kesulitan, ada saat-saat di mana kita merasa bimbang. Kita terdiam, termenung, dan mencoba memahami situasi. Dalam diri kita, ada pergulatan antara peran protagonis dan antagonis antara kebaikan dan keburukan, antara keyakinan dan keraguan.
Terkadang, kita menjadi pahlawan dalam kisah hidup kita sendiri, dengan penuh semangat dan optimisme. Namun, di lain waktu, kita bisa menjadi musuh bagi diri sendiri, larut dalam pesimisme dan ketakutan.
Kuncinya adalah dengan adanya sebuah kesadaran menjadi hamba yang memiliki keyakinan & ikhtiar yang kuat, terbaik dalam hidupnya. Rasulullah SAW. bersabda:
“Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah, meskipun keduanya memiliki kebaikan.” (HR. Muslim)
Dengan kesadaran ini, kita bisa memilih untuk menjadi protagonist dalam kehidupan kita orang yang berjuang dan senantiasa tergerak untuk berbuat optimal.
Bait 3: Optimisme dalam Kesulitan
Lirih lantunan optimis dalam hati,
Yakin, badai ini bias kulewati.
Di tengah kesulitan, bahwasanya secercah harapan tetaplah ada. Meskipun lirih, suara optimisme dalam hati harus terus dipelihara. Keyakinan bahwa badai akan berlalu bukan hanya sekadar sebuah harapan kosong, melainkan kepercayaan bahwasanya Allah SWT. Sang Maha Pencipta tentunya tidak akan meninggalkan hamba-Nya.
Belajar dari kisah Nabi Ayub Alaihissalam, yang diuji dengan ujian berupa penyakit berat serta banyak kehilangan kenikmatan duniawi. Namun, beliau tetap sabar dan yakin kepada Allah. Pada akhirnya, Allah memberikan kesembuhan serta kenikmatan baru yang tentunya suatu keberkahan yang agung.
Allah SWT berfirman:
“Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Hud: 115)
Optimisme bukan berarti mengabaikan kenyataan, tetapi melihat setiap tantangan sebagai peluang untuk tumbuh dan senatiasa mengambil pelajaran.
Bait 4: Pegangan dalam Risalah Ilahi
Risalah Ilahi dan teladan sang Nabi,
Menguatkan langkah-langkah suci ini.
Ketika ujian dunia terasa berat, syariat Islam memberi kita pegangan yang kuat: Al-Qur’an dan teladan Rasulullah Muhammad SAW. Inilah acuan utama kita selaku hamba dalam menghadapi kesulitan.
Rasulullah SAW bersabda:
“Telah kutinggalkan kepadamu dua pedoman, jika kamu tetap berpegang kepada keduanya, kamu takkan tersesat selama-lamanya, yakni Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnah Rasulullah.” (HR. Al Hakim)
Dalam sejarahnya, Rasulullah menghadapi banyak rintangan, mulai dari penolakan masyarakat, pengkhianatan, hingga perang yang mengancam nyawanya. Namun, beliau selalu melangkah dengan penuh keyakinan dan keteguhan hati.
Maka, ketika kita merasa goyah, mengingat Allah SWT. dan Rasul-Nya adalah jalan terbaik untuk menemukan sebuah ketenangan dan keteguhan.
Bait 5: Ikhtiar dan Tawakal
Ikhtiar dan tawakal menjadi bekal,
Dalam menghadapi ujian, ada dua sikap yang harus berjalan seiring : ikhtiar (usaha) dan tawakal (berserah diri kepada Allah).
Ikhtiar berarti melakukan segala upaya yang daat dilakukan. Jika sedang mengalami kesulitan, kita harus senantiasa berusaha mencari solusi, bukan hanya berdiam diri. Selayaknya yang kita lakukan adalah berusaha semaksimal mungkin, lalu menyerahkan hasilnya kepada Allah.
Setelah berusaha optimal, tentunya kita harus tawakal menyerahkan hasilnya kepada Allah. Rasulullah SAW. bersabda:
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, niscaya kalian akan diberi rezeki sebagaimana burung yang pergi dalam keadaan lapar dan pulang dalam keadaan kenyang.” (HR. Tirmidzi)
Tawakal bukan berarti sebuah wujud sikap yang bersifat pasif, melainkan percaya bahwa setelah usaha maksimal, Allah akan memberikan yang terbaik, InsyaAlloh.
Bait 6: Ketenteraman dalam Kalam Ilahi
Hingga gema takbir membelah malam,
Memeluk harapan di dalam damainya kalam.
Pada akhirnya, kita akan menemukan ketenangan dalam ibadah dan dzikir kepada Allah SWT., Saat gema takbir berkumandang, kita diingatkan bahwa segala sesuatu adalah milik Allah, dan hanya kepada-Nya kita kembali.
Banyak orang menemukan ketenangan dalam sujudnya, dalam membaca Al-Qur’an, atau dalam dzikir yang tulus. Ulama salaf Imam hasan Al Bashri mengatakan :
“Rasakanlah kelezatan dalam 3 hal, yaitu ketika melaksanakan Shalat, ketika membaca Al-Qur’an, dan ketika berzikir. Apabila kamu mendapatkan kelezatan dalam ketiga hal itu, maka lanjutkanlah, karena ibadahmu sudah benar, tetapi jika kamu tidak mendapatinya maka ketahuilah bahwa pintumu sudah tertutup.
Ketika kita menghadapi kesulitan, mendekatkan diri kepada Allah adalah solusi terbaik. Sebab, hanya dengan mengingat-Nya, hati akan menjadi tenteram (QS. Ar-Ra’d: 28).
Menemukan Cahaya dalam Berbagai Rumitnya Ujian hidup
Puisi ini menyampaikan sebuah inspirasi bahwa hidup tidak selalu mudah, tetapi kita memiliki perangkat untuk menghadapi selaku hamba yang beriman yakni : keyakinan kepada Allah SWT, suri tauladan sang nabi, optimisme, usaha yang sungguh-sungguh, serta bertawakal.
Setiap badai pasti berlalu, setiap kesulitan pasti ada kemudahannya. Maka sikap terbaik untuk dilakukan adalah tetap berjalan dengan keyakinan bahwa Allah SWT. senantiasa membersamai langkah-langkah kita.
Semoga kita semua senantiasa dikuatkan dalam menghadapi setiap ujian, dan menemukan keteguhan iman dalam setiap langkah yang kita tempuh. Aamiin.
Wallahua’lam bi shawab
Referensi :
- Al Qur’an
- Al Hadits
- Tafsir Ibnu Katsir
- Kisah kaum salaf bersama Al Qur’an, Dr Badar Bin Nashir Al Badhar, (Jakarta:Pustaka Al-Kautsar,2017).hal.46.)
- Materi Pembinaan BPI-SMAIT
- Blog Penulis
*Puisi Doa Dalam Diam sedang proses menuju Layout, Buku Kompilasi “Riuh Dalam Sunyi”, Dandelion Publisher.
*Thank you to Chat Gpt AI For the help

Do the best…