Belajar Grammar dan Nahwu Secara Paralel: Mungkinkah?
Tahukah kalian bahwa mempelajari grammar dan nahwu dapat dilakukan secara bersamaan? Grammar adalah struktur yang mengatur bagaimana rangkaian kata disusun sehingga membentuk kalimat yang benar. Dalam bahasa Inggris, terdapat berbagai aspek yang tercakup dalam grammar seperti struktur kalimat, tenses, pembentukan kata, dan lain sebagainya. Adapun yang dimaksud dengan nahwu adalah ilmu yang mempelajari struktur kalimat dalam bahasa Arab sehingga dapat membentuk kalimat yang benar. Meski berasal dari bahasa yang berbeda, keduanya memiliki kesamaan dalam struktur kalimat dan menentukan fungsi kata. Baik bahasa Arab maupun bahasa Inggris, keduanya memiliki keterkaitan erat dengan konsep waktu atau biasa dikenal dengan istilah tenses (bahasa Inggris) dan fi’il (bahasa Arab). Dalam hal ini, terdapat tiga konsep waktu yang diperkenalkan oleh grammar, yakni present (masa sekarang), past (masa lampau), dan future (masa depan). Adapun konsep waktu yang diperkenalkan oleh kaidah ilmu nahwu yaitu madli (masa lampau) dan mudlore’ (masa sekarang dan masa depan). Selain konsep waktu, ada beberapa aturan dalam grammar yang sama persis dengan aturan dalam ilmu nahwu, seperti misalnya aturan merubah kata kerja menjadi gerund (verb-ing/to infinitive) agar bisa berposisi sebagai subject atau object. Hal itu karena kata kerja (verb) hanya boleh berposisi sebagai predikat, sedangkan yang bisa menjadi subject atau object hanyalah noun atau pronoun. Jika dalam grammar kata kerja (verb) nya dirubah menjadi gerund, maka dalam aturan ilmu nahwu, fi’il (kata kerja) dirubah menjadi susunan ان mashdariyah. Oleh karena persamaan-persamaan itulah, mempelajari grammar dan nahwu secara paralel adalah sesuatu yang sangat memungkinkan.
Adapun langkah pertama yang bisa dilakukan yaitu dengan cara mencocokkan istilah-istilah yang ada pada grammar dan nahwu, seperti misalnya istilah parts of speech. Dalam ilmu grammar, terdapat delapan kata yang termasuk ke dalam parts of speech, yaitu noun (kata benda), pronoun (kata ganti), verb (kata kerja), conjunction (kata penghubung), preposition (kata depan), adjective (kata sifat), adverb (kata keterangan), exclamation (kata seru). Kemudian, istilah-istilah tersebut bisa langsung dicocokkan dengan istilah-istilah yang ada pada ilmu nahwu. Dalam hal ini, noun sepadan dengan isim (الاسم), pronoun sepadan dengan dlomir (الضمير), verb sepadan dengan fi’il (الفعل), adjective sepadan dengan na’at (النعت), adverb sepadan dengan dzorof (الظرف), conjunction sepadan dengan ‘Athof (العطف), dan exclamation sepadan dengan huruf tanbih (حرف التنبيه).
Pencocokkan pada istilah-istilah grammar dan nahwu bisa dilakukan dari kata yang paling sederhana seperti contoh yang telah dipaparkan sebelumnya. Kemudian, pencocokkan bisa dilanjut dengan istilah-istilah yang lebih kompleks, seperti misalnya istilah yang digunakan dalam penggunaan adjective clause dalam grammar. Jika diamati, struktur tersebut memiliki pola yang sama dengan penggunaan isim maushul dalam ilmu nahwu. Dalam grammar, conjunction (kata penghubung) yang digunakan dalam adjective clause bisa berupa who, which, dan whom, sedang dalam ilmu nahwu, conjunction (kata penghubung)nya menggunakanالذي / التي.
Setelah mencocokkan istilah-istilah yang sederhana sampai istilah yang rumit, barulah kemudian meninjau definisi dan jenis dari masing-masing kata. Contohnya sebagai berikut:
Grammar
- Noun is a part of speech that represents a person, place, thing, or idea.
(noun adalah bagian kalimat yang mewakili orang, tempat, benda, atau ide).
Nahwu
- الاسم هو جزء من اجزاء الكلام في اللغة العربية, ويشير الى شخص او مكان او شيء او فكرة
(isim adalah bagian dari unsur-unsur kalimat dalam bahasa Arab, yang merujuk pada orang, tempat, benda, atau ide). Ditinjau dari definisinya, noun dan isim adalah unsur kalimat yang sama-sama merujuk pada orang, tempat, benda, atau ide. Kemudian, baik noun mapun isim, keduanya mempunyai jenis-jenis yang sama persis. Seperti misalnya, common noun yang sama dengan isim nakiroh, proper noun yang sama dengan isim ma’rifat, countable nouns yang sama dengan isim mufrod (singular) dan isim jama’ (plural).
Langkah yang dapat diambil selanjutnya yaitu mempelajari aturan dan fungsi dari penggunaan dari masing-masing kata. Contohnya sebagai berikut:
- Noun as the subject of sentence (noun sebagai subyek kalimat)
- الاسم كموضوع (isim sebagai subyek)
- The student reads the book.
- الطالب يقرأ الكتاب.
Dengan kata lain, kata the student adalah noun dan الطالب adalah isim karena keduanya berposisi sebagai subyek.
- Noun as the object (nouns sebagai obyek)
- الاسم كمفعول به (isim sebagai obyek)
- The student reads the book.
- الطالب يقرأ الكتاب.
Pada contoh di atas, kata the student adalah noun dan الطالب adalah isim karena keduanya berposisi sebagai obyek. Dari sekian banyak langkah yang dapat diterapkan, mempelajari dua bahasa secara bersamaan adalah hal yang sangat mungkin dilakukan.