Pada Era Society 5.0 sekarang, terjadi trend dalam kehidupan dimana masyarakat menggabungkan teknologi otomasi dengan teknologi cyber. Penggabungan teknologi otomasi dan teknologi cyber ini telah memberikan dampak yang baik dalam kehidupan, salah satunya dalam perkembangan ilmu pendidikan. Trend ini memberikan dampak pada sistem pembelajaran, dimana pengetahuan dan teknologi memberikan pegaruh terhadap alat-alat bantu mengajar di sekolah-sekolah dan instansi Pendidikan. Penggunaan teknologi dalam pendidikan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik serta menghadirkan kondisi belajar yang lebih baik.
Keberhasilan belajar peserta didik tidak terlepas dari adanya faktor-faktor yang mempengaruhi, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah dorongan dari dalam diri peserta didik yang dipengaruhi oleh bakat yang dimiliki, minat, keterampilan, motivasi, kondisi fisik dan mental serta tingkat kecerdasanya. Sementara pada faktor eksternal, adalah segala hal yang mempengaruhi peserta didik dari luar seperti lingkungan tempat belajarnya/sekolah/kampus/lembaga, lingkungan keluarga dan masyarakat. Dari kedua faktor tersebut cukup memberikan dampak kepada waktu dan proses belajar peserta didik yang kemudian akan berpengaruh terhadap hasil belajar peserta didik.
Pengelolaan waktu belajar bagi seseorang membutuhkan pendekatan manajemen resiko terhadap setiap keputusan yang diambil. Kesulitan terbesar adalah ketika seorang peserta didik harus dihadapkan dengan pilihan, apakah itu memaksimalkan waktu untuk belajar atau memilih agenda lain seperti aktivitas organisasi atau olahraga. Tidak sedikit pula yang menghabiskan waktu dengan hal-hal negatif seperti bergaul dengan teman seharian atau bermain game. Salah mengambil keputusan dalam manajemen waktu akan berdampak kepada hasil belajar peserta didik di sekolah. Akibat dari manajemen waktu yang tidak baik, sebagian peserta didik menjadikan kekurangan waktu belajar sebagai alasan untuk tidak mengerjakan tugas atau proyek belajar yang diberikan guru. Padahal problem utama mereka adalah kurang memiliki keteraturan dan disiplin untuk menggunakan waktunya secara efisien. Disisi lain guru juga tidak sepenuhnya mampu untuk memonitoring waktu belajar peserta didik diluar kelas.
Sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi yang sesuai dapat membantu guru dalam mengelola waktu belajar peserta didik sehingga proses pembelajaran lebih efektif. Pembelajaran tidak hanya berpusat dikelas saja, tetapi waktu yang lebih banyak diluar kelas dapat dimanajemen dengan baik. Sistem pembelajaran yang memanfaatkan teknologi untuk membangun suasana dan lingkungan belajar yang baik dan efisien bagi peserta didik disebut sistem pembelajaran Blended Learning.
Konsep Blended Learning adalah pencampuran pembelajaran tatap muka di kelas dengan belajar secara online. Dalam sistem pembelajaran Bleanded Learning memiliki dua jenis kondisi pembelajaran yaitu Asynchronous dan Synchronous. Synchronous adalah proses pembelajaran antara guru dan peserta didik dalam proses yang bersamaan dan sedangkan Asynchronous adalah proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan kapan saja.
Salah satu jenis dari sistem pembelajaran Blended Learning adalah sistem pembelajaran Flipped-classroom. Flipped-classroom adalah model pembelajaran campuran dimana proses pembelajaran untuk memahami materi pembelajaran yang biasa dilakukan di dalam kelas berlangsung secara virtual atau di luar kelas, sedangkan kegiatan dan pekerjaan yang biasanya berlangsung di rumah berlangsung di dalam kelas. Pembelajaran menggunakan Flipped-classroom ini melatih peserta didik agar tetap aktif dan mandiri dalam proses belajar. Flipped-classroom memberikan waktu diluar kelas (di rumah) kepada peserta didik untuk menemukan dan mempelajari terlebih dahulu materi yang akan dipelajari dikelas. Alokasi waktu belajar dikelas dimaksimalkan peserta didik untuk berkolaborasi dengan rekan, mempraktikkan, dan menerima feedback dari guru mengenai kemajuan belajar
Penggunaan Sistim pembelajaran ini tentunya akan di integrasikan dengan model pembelajaran yang sesuai yang akan mendobrak proses belajar dengan pembagian sesi belajar yang proporsional, sehingga guru memiliki waktu lebih luas dalam membangun pemahaman peserta didik. Penggunaan LMS (Learning Management System) akan dimaksimalkan pada fase Asynchronous. LMS yang digunakan akan menampung semua sarana pendukung belajar seperti LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) dan Vidio pembelajaran yang tentunya bisa di akses dengan leluasa oleh peserta didik. Dengan ini aktivitas belajar akan lebih leluasa yang tidak hanya terpusat di kelas saja, namun kelas menjadi tempat dimana peserta didik akan melengkapi pemahamannya yang sudah didapat dari proses belajar yang sudah dimulai sebelum masuk ke dalam kelas. Berikut gambar 1. yang menunjukkan contoh aplikasi sistim pembelajaran Flipped-classroom berbasis model, dalam hal ini penulis memakai model pembelajaran Inkuiri terbimbing
Gambar 1. Siklus Pembelajaran Flipped Classroom Berbasis Inkuiri Terbimbing
(Megi & Mawardi, 2022)
Sistem pebelajaran Flipped Classroom dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik karena sistem pembelajaran ini memberikan ruang dan waktu yang lebih luas bagi peserta didik dalam melakukan eksplorasi pemahaman tentang materi yang dipelajari, serta guru mempunyai waktu lebih luas ketika didalam kelas dalam melengkapi pemahaman peserta didik. Disisi lain sistem pembelajaran ini akan di integrasikan dengan model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dapat mendorong peserta didik mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan berpikir kritis.