Beberapa nasehat dalam al-Quran dan hadits yang dapat meningkatkan motivasi aktivitas

 

  1. Gemar melakukan amal kebaikan meskipun kebaikan itu tampak seperti kebaikan yang kecil/sepele.

Dari Abu Dzar ra., ia berkata: Rasulullah (shalallahu ‘alaihi wasallam) bersabda kepadaku: “Janganlah sekali-kali meremehkan perbuatan baik, walaupun menyambut saudaramu dengan muka ceria.” (HR Bukhari dan Muslim)[1]

Dengan semangat pesan ini, kebaikan sekecil apapun insya Allah kita tidak menyepelekannya. Dengan semangat pesan ini, aktivitas keseharian harus diliputi amal kebaikan. Jika ada peluang amal kebaikan maka kita sigap untuk melakukannya. Tidak karena melihat perbuatan itu adalah perbuatan sepele lantas kita meninggalkannya. Kecuali jika kita dihadapkan pada dua atau lebih pilihan aktivitas melakukan aktivitas A atau B atau C pada satu rentang waktu yang sama  maka tentu saja kita harus memilih aktivitas yang lebih prioritas, memilih aktivitas yang memiliki nilai lebih tinggi terutama nilai lebih tinggi di hadapan Allah ‘Azza wajalla. Kalau dihadapkan pada dua atau lebih pilihan aktivitas yang sama-sama beresiko buruk maka pilih aktivitas yang memiliki resiko buruk paling kecil.[]

  1. Bersungguh-sungguh dalam menggapai sukses, tidak mudah menyerah.

“… Capailah dengan sungguh-sungguh apa yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wajalla dan janganlah kamu menjadi orang yang lemah. Jika kamu tertimpa suatu kemalangan, maka janganlah kamu mengatakan, ‘Seandainya aku berbuat begini dan begini pasti akan begini dan begini,’ tetapi katakanlah, ‘Itu sudah takdir Allah dan apa yang dikehendaki-Nya pasti akan dilaksanakan-Nya.’ Karena sesungguhnya kata ‘seandainya’ akan membukakan jalan bagi perbuatan setan.” (HR. Muslim)[2]

Nasehat ini memberikan pengarahan yang sangat tegas kepada kita agar bersungguh-sungguh dalam mencapai sukses. Bersungguh-sungguh untuk menggapai apa-apa yang sudah diputuskan untuk dicapai. Jangan lemah dalam melakukan upaya pencapaian sukses. Bersungguh-sungguh berjuang hingga sukses. Sebagaimana firman Allah ‘Azza wajalla: “faidzaa ‘azzamta fatawakkal ‘alallaah…” (QS.Āli ‘Imrān:159).

Jika dalam proses usaha menggapai sukses itu kita dihadapkan pada kegagalan maka janganlah kita mengatakan “oh andai saja saya tidak melakukan ini, maka saya tidak akan rugi”, “oh jika saya tadi tidak mengambil langkah ini maka saya tidak akan gagal”. Tidak perlu berkata-kata seperti itu tapi kita katakan: Ya, ini adalah yang terjadi. Gagal adalah bagian dari kesuksesan. Saya tidak akan patah semangat karena kegagalan yang menimpa ini. Jalan keberhasilan masih terbuka lebar dan saya terus berusaha meraih sukses yang menjadi impian. Seperti kata pepatah orang, “kegagalan itu satu paket dengan kesuksesan.” Mengingat kegagalan untuk menjadi pelajaran di perjalanan berikutnya adalah bagus, mengingat kegagalan dan menjadikan patah semangat atau jatuh pada lubang kepesimisan ini adalah kerugian yang sangat merugikan. ):

  1. Membantu orang lain

“Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Mereka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat riya, dan enggan memberikan bantuan.”

(QS. Al-Mā’ūn)

  1. Menebar manfaat seluas-luasnya

 Khairunnaas anfauhum linnaas. .

“Orang yang paling baik adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.”

Dengan spirit nasehat nubuwah ini maka orientasi aktivitas kita, tidak hanya untuk kepentingan diri sendiri  saja akan tetapi aktivitas kita berorientasi juga pada kebermanfaatan bagi orang banyak. Aktivitas kita berorientasi untuk membantu orang lain sebanyak-banyaknya… untuk memberi manfaat seluas-luasnya.

Wa anfiquu min maa rozaqnaakum min qobli an ya’tiya ahadkumul mautu fayaquula Rabbii lau laa akhkhartanii ilaa ajalin qariibin fa ashshaddaqa wa akun minashshaalihiin…. (QS. Al-Munāfiqūn:10 )

 

Referensi:

[1]Imam Nawawi, Terjemah Lengkap Riyadhush shalihin, penerjemah Zenal Mutaqin, dkk., Bandung, Penerbit Jabal, 2012, Cet.3, h.259.

[2]Riyaadhushshaalihiin, Imam An-Nawawi, Beirut, 2008, Daar al-kutub al-ilmiyah, edisi 8, h.36.

 

 

 

Scroll to Top