Pustakawan Putra SMAIT
Di balik pesatnya perkembangan teknologi, ada ancaman senyap yang merayap dan merusak sendi-sendi kehidupan generasi muda: judi online. Fenomena ini bukan lagi sekadar perilaku menyimpang, tetapi sudah menjadi krisis moral dan sosial yang menggerogoti masa depan anak-anak dan remaja. Banyak dari mereka terjerumus juga tergelincir bukan karena niat jahat, tetapi karena tergelincir oleh jebakan modern yang dibungkus rapih dalam tampilan beberapa bentuk semisal game, promosi bonus, dan lain-lain.
Teknologi yang sejatinya diciptakan sebagai alat memudahkan manusia, kini juga membuka pintu bagi berbagai keburukan yang senyap. Salah satu ancaman terbesar itu adalah judi online perusak sunyi yang merampas perhatian penuh, harta, moral, dan masa depan generasi bangsa.
Semua terlihat menyenangkan, tetapi di baliknya tersembunyi jurang kehancuran yang dalam. Dalam diam, judi online membangun candu, menghancurkan mental, merusak hubungan keluarga, bahkan mencabut nilai-nilai iman yang selama ini dijaga.
Judi online tumbuh subur karena kombinasi teknologi dan psikologi manusia. Ada beberapa faktor utama yang membuat seseorang mudah tergelincir:
Tentunya menjadikan dampak serius bagi Pribadi, Keluarga, dan Masyarakat.
Miris berbagai kisah memilukan muncul akibat Judi online, mulai dari : kehilangan aset berupa rumah, tanah, kendaraan hingga kredibilitas rusak karena tidak dipercaya akibat banyak berbohong menghalalkan segala cara mendapatkan uang untuk bermain judi online, dikejar-kejar penagih hutang setiap saat, bahkan tidak sedikit yang mengakhiri hidup karena sudah tidak kuat menanggung beban secara mental karena hutang yang menumpuk serta sanksi sosial dijauhi keluarga dan masyarakat.
Memutus kecanduan bukan hal mudah, tetapi sangat mungkin dilakukan. Kuncinya terletak pada kesadaran, dukungan, dan perubahan gaya hidup.
Al-Qur’an, Surah Al-Ma’idah ayat 90:
Yā ayyuhal-ladhīna āmanū innamal-khamru wal-maysiru wal-ansābu wal-azlāmu rijsun min ‘amalis-syaithāni fajtanibūhu la’allakum tuflihūn
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah termasuk perbuatan keji dari perbuatan setan, maka jauhilah agar kamu beruntung.” (QS. Al-Ma’idah: 90)
Hadits Nabi Muhammad ﷺ
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
Man la’iba al-maysira faka’annamā ghamasa yadahu fī lahmi khinzīrin wa damih
Artinya: “Barangsiapa yang bermain dadu (berjudi), maka seolah-olah dia mencelupkan tangannya ke dalam daging dan darah babi.” (HR. Muslim)
Langkah spiritual untuk memutus jerat judi adalah taubat nasuha, memperbanyak ibadah dan dzikir, mengisi hari dengan kegiatan bermanfaat, dan menjalin pertemanan yang saleh.
Dengan cara ini, jiwa kembali tenang, hati kembali jernih, dan hidup pun kembali seimbang.
Keluar dari jerat judi online adalah perjalanan yang mengajarkan arti keteguhan, kesabaran, dan keberanian memperbaiki diri. Maka yang menjadi perhatian utama Judi online bukan sekadar kebiasaan buruk, tapi wujud perusak: visi dan cita-cita hidup, kehidupan masa depan juga harkat martabat diri. Hikmahnya jelas: menjauhi judol berarti menjaga hidup, keluarga, serta martabat sebagai manusia dan hamba Allah.
Maka harus memulai merawat generasi dan peradaban yang berakhlak mulia dengan menghadirkan pemahaman kolektif yang baik :
Penutup: Membangun Generasi Tangguh di Tengah Godaan Digital
Fenomena judi online adalah potret nyata bahwa tantangan generasi hari ini tidak lagi datang dari jalanan gelap, tetapi dari layar-layar kecil yang selalu berada di genggaman. Ancaman ini sunyi, namun dampaknya mampu mengguncang masa depan. Karena itu, upaya menangani kerusakan moral akibat judi online tidak cukup hanya melalui regulasi, tetapi memerlukan pendekatan komprehensif: pendidikan karakter, pendampingan keluarga, literasi digital, serta penguatan fondasi spiritual.
Kita perlu membangun generasi yang bukan hanya cerdas teknologi, tetapi juga kuat secara mental dan kokoh secara iman. Sebab kemajuan tidak ada artinya jika karakter luluh dan masa depan hilang arah. Allah telah mengingatkan bahwa keberhasilan sejati bukan hanya pada kecanggihan, tetapi pada ketakwaan:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, merekalah sebaik-baik makhluk.” (QS. Al-Bayyinah: 7)
Ayat ini mengajarkan bahwa kemuliaan generasi dibangun oleh nilai, bukan oleh keberlimpahan fasilitas.
Menjadi perhatian bersama orang tua, pendidik, tokoh agama, pemerintah, dan seluruh lapisan masyarakat untuk menuntun generasi pada jalan yang benar. Kita harus menyediakan ruang-ruang tumbuh yang sehat, aktivitas yang produktif, serta lingkungan yang memupuk ketangguhan moral. Setiap langkah kecil dalam bimbingan, dialog, dan keteladanan akan menjadi investasi besar bagi masa depan bangsa.
Generasi yang kuat lahir dari bimbingan yang benar, nilai yang terjaga, dan iman yang ditanamkan sejak dini. Mari jadikan era digital bukan sebagai ancaman, tetapi sebagai kesempatan untuk menghadirkan peradaban yang lebih bermartabat. Kita semua memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa generasi setelah kita bukan hanya mewarisi kemajuan, tetapi juga akhlak, etika dan moral berupa kebaikan dan kebijaksanaan.
Dengan kerjasama kolektif dan petunjuk serta hidayah Allah Swt. Tuhan Yang Maha Kuasa, kita percaya bahwa generasi ini dapat bangkit, pulih, dan melangkah menuju masa depan yang lebih cerah, bersih, dan penuh harapan.
Wallohu’alam bi shawab
Do the best…